Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jumalnongjang, Hobi Orang Kota di Korea

21 Oktober 2019   13:29 Diperbarui: 22 Oktober 2019   19:10 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bertani ala warga kota di Korea, dokpri

Penasaran kan apa itu Jumalnongjang? Sebutan yang jelas asing banget kan ya? ya iyalah itu kan ucapan dalam bahasa Korea. Jumalnongjang sendiri dalam bahasa Indonesia berarti "pertanian akhir pekan."

Yup! di Korea khususnya warga yang tinggal di kota kota besar jalan-jalan ke pasar sambil menikmati berbagai kuliner, atau kalau pun malas pergi, paling di rumah saja sambil main lepi ataupun HP. Namun kini semakin zaman maju banyak warga Korea yang menginginkan kehidupan di pedesaan.

Di desa, biasanya di halaman rumah bisa untuk bercocok tanam. Inilah yang melatar belakangi warga perkotaan untuk bisa bertani tanam walaupun kecil-kecilan.

Namun sangat disayangkan, mengingat terbatasnya lahan yang mereka punya, mau beli sepetak tanah rasanya sulit sekali. Kecuali punya tabungan yang cukup besar karena harga tanah di Korea gila-gilaan. Kalau bukan orang yang kaya jelas sulit banget. 

Tapi kini dengan adanya Jumalnongjang gak perlu khawatir lagi, warga perkotaan di Korea bisa bertani tanpa harus membeli tanah. Lho kok bisa? Penasaran kan gimana caranya?.

Caranya gampang banget, pertama yang harus kita lakukan adalah mencari dimana ada lokasi Jumalnongjang. Jumalnongjang sebenarnya bisa dibilang sebutan untuk sistem sewa tanah pertanian.

Jadi biasanya warga perkotaan Korea menyewakan sepetak tanah dengan ukuran 1,8 1,8 6 meter disebut dengan 1 pyeong. Jika 2 pyeong maka kelipatan dari ukuran tersebut. 

dokpri
dokpri
Sewa 1 pyeong bisa seharga 100 ribu Won, setara dengan 1,2 juta rupiah per-tahun. Harga sewa sebenarnya tergantung dengan fasilitas yang disediakan. Semakin lengkap fasilitasnya maka semakin mahal sewanya.

Fasilitas yang sangat dibutuhkan adalah harus ada toilet umum dan mudahnya saluran air. Fasilitas pendukung lainnya adalah tersedianya alat alat pertanian (nong gigu) seperti cangkul, skop dan lainnya.

Ada juga saung untuk istirahat, dan dapur bersama untuk memasak tergantung pilihan kita. Satu hal syarat mutlak bagi penyewa adalah tidak diperbolehkan mendirikan bangunan dilahan tersebut. Dan syarat yang lain adalah dilarang keras meninggalkan sampah dilahan tersebut. 

Biasanya warga kota di negara Korea yang memiliki anak usia TK dan SD kebanyakan memilih lokasi Jumalnongjang yang bisa untuk camping juga, dan ada sungai kecil didekatnya. Jadi jika anak anak bosen membantu bercocok tanah mereka bisa melakukan aktifitas lainnya, seperti memancing dan bermain air.

Dan, kebanyakan lokasi yang dipilih tidak terlalu jauh dari tempat tinggal agar memudahkan perawatannya. Bahkan, jika terjadi angin dan hujan yang lebat mereka bisa datang ke tempat Jumalnongjang untuk mengecek tanamannya. 

Biasanya tanaman yang ditanam kebanyakan sayur mayur seperti wortel, daun bawang, lobak, sawi putih, salada, kenif (daun wijen), cabe, tomat, kentang ada juga ubi jalar, jagung bahkan ada juga yang tanam bunga bunga.

tomato, dokpri
tomato, dokpri
Sebenarnya alasan menyewa Jumalnongjang bukan hanya untuk bertani dan mennyalurkan hobi bercocok tanam semata. Tetapi lebih dari itu menyewa Jumalnongjang agar memudahkan mereka untuk mengenalkan dan mengajarkan pada anak tentang alam salah satunya dengan cara bertani.

panen kentang, dokpri
panen kentang, dokpri
Mengingat anak anak di Korea sangat sulit sekali bermain tanah, apalagi sambil bertanam tanam dan sesekali bertemu hewan hewan kecil karena di Korea dimana mana tanah telah tertutup oleh aspal. Bahkan dengan bercocok tanam diakhir pekan bersama keluarga dapat menciptakan kedekatan emosional antara orang tua dan anak. 

Ada kejadian lucu kala kami menyambangi Jumalnongjang milik kami. Ada seekor kongchung (kepik) yang ditangkap oleh seorang anak cowok berusia sekitar 3 tahunan. Si anak kecil yang belakangan kami tahu bernama Jang "Aku dapat ini (sambil menunjukkan kepik kepada ibunya) mama aku hewan ini bisa aku ternak?" Tanyanya yang membuat saya geli sendiri dan dalam hati berkata "dasar bocah aya-aya wae pertanyaaanya".

Si ibu bocah tadi pun berkata "oh oke-oke, boleh-boleh" ucapan yang bijak "tapi untuk apa ternak hewan ini?" tanya si ibu lagi. Si bocah tadi terlihat seperti anak yang sedang mikir. 

Tiba-tiba si kecil Key bungsu saya yang dari tadi lagi ngorek ngorek tanah ia berteriak "hore aku dapat permata" ucapnya mengalihkan pandangan saya yang tadi sedang fokus pada si bocah cowok tadi. Saya pun berjalan menghampiri Key kali aja ucapanya bener wkwkw bisa kaya mendadak dong kalau nemu permata. bahkan langsung bisa beli lahan pertanian sendiri hahah. 

"Mana dek, mama lihat" ucap saya. Si kecil Key pun menunjukkan sebuah batu krikil berwarna putih yang jelas dari mata saya itu bukan batu permata. waduh kucewa dong ya? 

Si pak su (pak suami) ngekek lihat tingkah saya "Mama mama mau kaya gak jadi"sambil geleng-geleng kepala. Sementara si sulung Sya yang berada didekat papanya ikutan ketawa-tawa " Hahah Mama, nanti deh ma kalau aku jadi istri presiden mama aku belikan mau apa saja." ucapnya menghibur.

"Papa, ini beneran kei menemukan batu permata." ucap saya berwajah serius. Saya perhatikan si kecil Key pun ikutan serius. Paksu pun tergoda dan bangkit dari tempatnya dan menghampiri kami" bener ma?' tanyanya. Setelah agak dekat dengan posisi kami sayapun berkata "wakakak papa ketipu?" giliran saya dan anak anak tertawa ngakak. 

Gara gara Jumalnongjang ikatan keluarga semakin kuat. Inilah salah satu yang melatar belakangi munculnya Jumalnongjang di mana-mana, karena selain untuk menyalurkan hobi berkebun dan memperoleh hasil kebun yang bebas pestisida. Jumalnongjang juga mampu menciptakan keakraban anggota keluarga seperti yang kami rasakan selama ini

Hiruk-pikuk perkotaan yang super metropolitan kadang kala membuat mata sumpek melihatnya tak ada tanah tak ada penghijauan padahal mata juga perlu refresing yang menyegarkan.

Beruntunglah masyarakat Indonesia yang rata-rata rumahnya ada lahan untuk bercocok tanam. walaupun lahannya kecil tapi memanfaatkan untuk bertanam tak ada salahnya. Dari situ mampu membantu perekonomian keluarga, karena yang tadinya harus beli sayuran sekarang gak perlu karena dihalaman telah tersedia.

Salam Sya, 2019.10.21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun