Apapun yang berbau Korea sepertinya diminati oleh masyarakat kita khususnya kaum muda milenial. Hal yang diminati contohnya drakor (drama Korea) banyak kaum muda melenia sampai bela belain gak tidur biar bisa nonton seri drakor sampai tamat.
Ada juga yang bela belain nonton Kpop nya, bahkan rela beli albumnya. Ada juga yang ngikut ngikut budayanya. Bahkan yang paling menonjol adalah mengikuti gaya berbusana orang Korea.
Tak heran jika pakaian bekas asal Korea pun diminati oleh masyarakat kita. Terbukti banyak banget toko toko yang menjual pakaian bekas asal Korea.
Baca Juga: Eksistensi Bisnis dan Peminat Thrifting di Negara Bumi Pertiwi
Nah, ngomong-ngomong tentang pakaian bekas di Korea saya punya sedikit cerita nih. Penasaran kan gimana caranya kok pakaian bekas tersebut nyampe dan gelantungan di toko pakaian bekas?
Banyak dari kita tahu bahwa Korea memiliki 4 musim yaitu musim panas, gugur, dingin dan semi. Setiap musim membuat masyarakat Korea pun menyesuaikan pakaiannya, ditambah lagi disetiap tahun tren pakain pun berubah. Mau gak beli, takut ketingaglan jaman, kalau beli lemari sudah gak muat.
Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan dari orang Korea hampir setiap musim membeli pakaian. Terlebih lagi jika pakaian anak anak. Anak cepat besar dan tinggi, beli tahun ini tahun depan belum tentu bisa dipakai lagi. Karena tidak muat.
Alasan yang lain lagi adalah biasanya jika sudah punya anak perempuan makan adiknya pasti laki laki begitu sebaliknya. Akibatnya pakaian tidak bisa diwariskan. Ditambah lagi rata rata orang Korea hanya memiliki satu anak, kalau ada duapun kebanyakan sepasang (laki laki dan perempuan).
Ditambah lagi tidak semua orang Korea jika dikasih pakaian bekas suka menerimanya. Mau disimpan? Rasanya tidak mungkin mengingat ruangan di rumah orang Korea sangat terbatas.
Jadilah daripada dibuang sia-sia makan biasanya pakaian bekas tersebut disumbangkan untuk badan amal. Kalaupun dibuang begitu saja ya gak bisa.
Cara satu satunya adalah pakaian bekas biasanya dimasuk kedalam box uilyu sugeoham (koleksi pakaian). Di box ini sebenarnya bukan hanya pakaian saja tetapi sepatu juga boleh disumbangkan di dalam box ini.
Selanjutnya pakaian dan sepatu bekas tersebut akan dibawa ke pengolahan selanjutnya yaitu berupa gudang yang moderen karena tenaganya bukan haya memakain tenaga manusia tetapi pakai mesin juga. Kayak pabrik aja ya?
Selanjutnya baru dicek mana pakaian yang bagus baget dan yang bagus aja serta pakaian atau sepatu yang tak layak pakai (ada sobeknya).
Pakaian yang bagus baget dijual dipasar loak Korea, pakaian yang bagus aja dijual di luar negri (Asia Tenggara termasuk Indonesia) dan pakaian yang tak layak dibuang. Sebenarnya khusus pakaian yang tak layak ini tidak boleh masuk kedalam box uilyu sugeoham.
Menurut beberapa sumber yang dipercaya konon harga perkg nya hanya 250 won (gak sampai 3000 rupiah). Hasil dari pengolahan pakaian bekas ini dananya dipergunakan untuk membantu difable para veteran serta orang yang kurang mampu. Dan sebagian besar untuk membantu negara-negara miskin didunia.
Karena permintaan pakaian bekas dari negara-negara Asia Tenggara semakin tinggi peminatnya maka jual beli pakaian bekas dari Korea menciptakan lahan bisnis baru.
Contohnya yang sekarang lagi tren adalah adanya layanan jemput bola. Jadi jika kita punya pakaian bekas yang banyak tinggal kita telpon saja layanan ini maka mereka akan mendatangi kita dan akan menimbang pakaian bekas tersebut dan akan mengganti dengan sejumlah uang (perkg 300 won =3500 rupiah).
Weleh weleh-weleh niat banget kan bisnisnya. Tapi biasanya orang Korea kalau sudah memanggil layanan ini malah memberikan saja.
Karena nilainya yang tidak seberapa, jikapun emang niat jual biasanya langsung saja datangi pasar loak dan jual sama pedagang disana biasanya nilainya jauh lebih tinggi.
Mau juga ikut jual?
Salam Sya, 2019.10.08
Baca Juga: Tren Thrift Shop di Indonesia: Dalam Bayang-bayang Subkultur dan Gentrifikasi Pakaian