Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedekah Laut yang Mengusik Hatiku

12 Oktober 2018   21:48 Diperbarui: 12 Oktober 2018   22:01 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iring iringan sedekah laut. Dokpri

Dari mana kah dana tersebut didapat? Dari seponsor kah? Atau dari dana desa?

Menurut penuturan msyarakat lengkong dana tersebut didapat dari para nelayan dan para juragan kapal. Setiap kali nelayan melaut maka TPI  ( tempat pelelangan ikan) menarik uang iuran sebesar 6.000 rupiah per kapal yang pergi melaut. Kekuranganya ditariki dari para juragan sebesar 500 ribu dan 200 ribu dari yang punya kapal. 

Acara sedekat laut diarak dari kelurahan dan dilarung kelaut lepas. Malam sebelum sedekah laut para nelayan mengadakan slematan yang disebut kepungan. Kepungan tersebut dimaksud semoga acara sedekah laut berjalan dengan baik. Malam haripun nanggep wayang semalam suntuk. 

Tepat jam 8 pagi acara sudah dimulai. Rumah rumahan yang telah dihias dan diisi pernak pernik berbagai makanan minuman hasil laut dan hasil bumi berupa sayur mayur dan buah buahan turut serta didalam rumah rumahan yang akan dilarung.

Rumah rumahan yang diarak tersebut diiringi oleh para nelayan, para ibu ibu ikut serta di dalam truk sambil menumbuk padi ada juga kuda lumping. Iring iringan tersebut berakhir ditepi pantai. Ada sebuah rumah rumahan yg sudah menunggu di dekat pantai. Rumah rumahan tersebut lebih besar dan disebut rumah pokok.

Penasaran ingin tahu apa aja isinya? Menurut masyarakat lengkong isinya ada emas juga lho? Weeee emas boongan kali? Sayang banget emas kok dibuang kelaut. Mending buat saya hehe. Atau jangan jangan emas plasu ya? 

Ternyata emas bukan sembarang emas. Emasnya juga emas khusus berupa sepasang giwang yang biasa dipakai ibu ibu jaman dulu yang banyak mata matanya. Giwangnya harus model begitu, gak boleh model lain. Wkwk kok gak giwang bentuk hati aja chi biar keren hehehe. 

Di dalam rumah rumahan ada juga jarit lurik lurik dan kebaya berwarna hijau. Kebaya gak boleh warna pink apa lagi warna merah. Warna wajib hijau. Jarit juga gak boleh yang corak bunga bunga. Sendal juga harus yang slop beludru. Ada juga konde beserta tusuknya. Ada bedak dan pernak pernik dandanan. 

 Ada sebuah kepala kambing, berbagai jenis minuman, berbagai nasi, berbagai buah buahan, berbagai sayur sayuran dan berbagai jenis ikan. Serta bunga bungaan dan juga ada kemenyan yang dibakar.

Konon satu saja ada yang tidak terpenuhi maka rumah rumahan tersebut akan kembali ketepi pantai. Hemmmm ini menurut cerita dari masyarakat setempat yang saya dengar.  Percaya gak percaya begitulah yang memang terjadi.

Saat iring iringan sampai ditepi pantai maka beberapa kapal akan membawa rumah rumahan tersebut ketengah laut dan akan melarungnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun