Mohon tunggu...
lailiyati .
lailiyati . Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Inspirasi 02: Kesucian dan Air Comberan

25 Maret 2023   13:04 Diperbarui: 25 Maret 2023   19:51 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

>>>>
Kumandang adzan shubuh syahdu memanggil. Langkah-langkah bahagia milik muslim-muslimah yang terpanggil melaju diantara riak udara yang  berembun menyejukkan jiwa raga, pada temaramnya jalanan menuju masjid-masjid dan surau-surau terdekat kediaman mereka. Kaki-kaki milik mukmin-mukminah selepas bersuci dan bersiap mempersembahkan sembahan paling sungguh setidaknya bila dibanding mereka yang masih enggan melaksanakannya. 

Di antara mereka yang enggan, ada yang masih pasrah bergelung selimut hangat, ada beberapanya yang telah berjibaku dengan pekerjaan di warung atau dapur rumah mereka. Disuatu tempat, di belahan bumi yang lain, di suasana yang hampir sama terlihat terkadang kaki-kaki milik mereka yang bersiap mempersembahkan sembahan paling sungguh itu harus berjingkat, sambil mempertajam pandangan, berhati-hati memilih jalan agar terhindar dari air comberan bekas cuci piring, yang notabene nya adalah limbah rumahan, ataupun warung-warung disepanjang jalan menuju rumah ibadah milik muslim itu.

Begitulah yang sering terjadi di daerah pedesaan. Entah kalau didaerah perkotaan. Karena rumah tinggal kami di pedesaan. Meski di desa kami masih ada sungai disepanjang belakang rumah mereka. Rumah mereka yang sejajar dengan masjid kami. Seharusnya mudah membuang air kotor itu ke sungai belakang rumah mereka. Namun beberapanya masih saja membuang ke jalan, utamanya berasal dari mereka pemilik warung. 

Lalu, bagaimana yang tidak punya sungai di gang-gang sempit misalnya, apa mungkin akan lebih parah. Sepertinya belum ada edukasi yang bisa membangkitkan kesadaran bagi masyarakat untuk tidak membuang air kotor itu ke jalanan. Bisa dibayangkan mereka yang bersiap sholat telah bersuci sebelumnya, berpakaian bersih dan suci berjalan menuju masjid pada dini hari dan mesti memaksa mata agar memandang lebih cermat untuk memilih jalan yang bisa menyelamatkan kesucian yang dibawanya. Mungkin kaki masih bisa diselamatkan kesuciannya dengan kembali membasuh kaki ketika sampai di masjid, mushollah atau surau. Namun kemungkinan pakaiannya terciprati dengan kotornya air comberan bukankah itu ada ? Mungkin diantara anda akan menjawab 'diangkat dong' ya, kami sudah melakukannya, meski harus hati-hati dengan aurat yang tersingkap. Bahkan ada yang mengatakan 'pakailah bakiak' ya, meski ada yang tak nyaman kalau memakai bakiak, dan harus hati-hati takut terpeleset lalu jatuh. Tapi apakah semua itu jawaban? Bukan. Yang sebenarnya jawaban adalah janganlah membuang air comberan ke jalan, setidaknya itu demi cinta kepada ketaatan kepada agama, cinta kepada orang-orang yang taat kepada Agama, meskipun diri sendiri belumlah taat.

>>>>
Hari menjelang siang. Dari ufuk timur cahaya mentari kekuningan menyala menyilaukan pandangan. Hampir semua makhluk bernafas telah sibuk dengan kegiatannya. Ada bapak-bapak pergi ke sawah, beberapanya lagi bersepeda tua pergi ke tambak tempat pencaharian mereka. Dan lihatlah ada yang berkuda besi berpakain rapi menuju kantor tempatnya bekerja. Terlihat berkendara melambat menghindari jalan yang ada genangan comberan dengan bau menyengat yang baru tertumpah dari tempatnya semalam bersemayam bersinergi dengan senyawa yang lain, mungkin jamur atau ragi, ah entah....

Tak ketinggalan kaki-kaki kecil milik mereka si lucu yang berseragam putih merah. Berjingkat, ihh bukan, tapi melompat lincah sambil menutup hidung menghindari comberan. Lagi-lagi comberan.

Duhai bunda-bunda perkasa yang sejak dini hari bekerja berjibaku di dapur keluarga atau warung karena kasih sayangnya kepada keluarga. Kasihanilah juga kami para pengguna jalan yang telah bersiap sholat ataupun bekerja. Kami telah meninggalkan kenyamanan tempat tidur demi menuju tempat ibadah baik untuk sholat atau bekerja, jangan tambah ujian kami, jangan mencurangi kami dengan najisnya comberan limbah rumah atau warung bunda-bunda. Agar pahala dari ibadah bunda-bunda yang bekerja untuk rumah tangga tidak terkurangi.

Bangil, 05-02-2020

**********

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun