Semut B : tentu saja, meski penjajah sudah hengkang dari negerinya, tapi sifat-sifat nya masih mereka junjung tinggi. Lihat saja politik devide et impera, atau politik memecah bambu tetap mereka pakai.
Semut D : apa maksudmu,
Semut B : kau tidak tahu ya...cara orang untuk memecah bambu, mereka menginjak satu ujung, dan meninggikan ujung yang lainnya, kemudian mereka membelahnya, untuk menjadikannya terpecah-belah.
Semut A : sungguh terlalu..
Semut C : sadis
Semut A : tak berprikebambuan, e... berprikemanusiaan
Semut D : dengan mudahnya mereka mengaku mampu merogoh dompet mereka untuk membantu, tapi hak seseorang mereka masukkan ke sakunya dengan suka cita dan tak mau mengaku. Mending hak itu berupa uang kalau bukan, gimana coba mereka ngembaliinnya nanti.
Semut A : ya gampang dong, tinggal minta maaf doang, sambil tertawa-tawa...ha...ha...apalagi ini kan moment hari raya bagi mereka, masalah selesai
Semut B : hi...hi...lucu ya mereka
Semut D : ya... itulah kalau pinternya palsu, nilainya palsu, kata hati dan kata mulutnya tercerai-berai.
Semut A : antara kata hati dan kata mulut joko sembung naik ojek. Kagak nyambung jek..