Mohon tunggu...
lailiyati .
lailiyati . Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keistimewaan Puasa Syawal dan Matematika

9 Mei 2022   14:16 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:35 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keistimewaan Puasa Syawal dan Matematika

Banyak sekali pendapat tentang puasa Syawal ini yang perlu kita renungkan. Untuk kemudian mana yang bisa kita terapkan. Ya... diterapkan, bukan untuk diabaikan. Karena saya pernah mendengar "Tunaikanlah puasa Syawal dengan memilih pendapat mana yang bisa untuk kita terapkan, karena ada golongan yang tidak mengindahkan bahkan ingkar terhadap hadist akan keutamaan puasa Syawal". Singkat kata, biar diri kita tidak masuk pada golongan tersebut maka berpuasalah.

Diantaranya pendapat-pendapat tersebut adalah :

  • Puasa di bulan Syawal meski itu membayar hutang puasa. Terhitung telah melakukan puasa Syawal. Tapi jangan menumpuk niat, niat puasa Wajib(Qodlo) dan puasa Sunnah Syawal. Demikian yang disampaikan Buya Yahya dalam suatu ceramah beliau.
  • Puasa Sunnah Syawal lebih dulu, karena waktu Syawal waktu yang sempit untuk berpuasa mengingat banyak berkunjung dan banyak yang mengunjungi. Pendek kata menghormati tamu dan menghormati tuan rumah dengan memakan apa yang disuguhkan. (Dari suatu sumber)
  • Menuntaskan puasa wajib dulu, baru kemudian puasa Sunnah Syawal. Dari suatu Sumber. Inilah yang akan penulis coba jabarkan.

Hadist tentang puasa Syawal itu, yakni :

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh" (HR. Muslim no. 1164).

Tentu kita sering bertanya-tanya, bukan ?

1. Kenapa melanjutkan puasa sunnah syawal di bulan syawal setelah selesainya puasa Ramadhan itu seperti berpuasa setahun penuh, seperti yang kita ketahui dari para ulama berdasarkan hadist diatas. Atau bagaimana bisa puasa 1 bulan + 6 hari = 12 bulan.

Apalagi pertanyaan berikut tak bosannya menggelitik rasa penasaran kita saat hari raya tiba. Sering kali saya dapati dalam pergaulan, perdebatan tentang hal ini. mereka yang berdebat ini merujuk pada para guru atau ulama-ulama nya masing-masing. Dan hal inilah yang membuat saya ingin mencari pendekatan logika secara matematisnya. Pertanyaan apakah itu yakni :

2. Bagaimana untuk muslimah yang notabenne-nya menanggung hutang puasa wajib, apakah harus mengqadha dahulu sebelum puasa sunnah syawal, ataukah menangguhkan qadha puasanya  itu, mengingat hal-hal yang berkaitan dengan 'suasana lebaran'.

Dengan tidak mengabaikan suatu situasi yang telah ada yakni setuju dan tidak setuju. Ataupun dengan tidak juga menyengaja menggulirkan pro dan kontra atau 'apapun itu' diantara/dari pembaca yang budiman, berikut hanyalah suatu pemikiran/perenungan dari penulis yang sedikit sekali pengetahuannya ini ----namun sangat yakin/menjunjung tinggi pada ayat-ayat al-quran yang menyeru manusia untuk berpikir, misal QS. Al-Baqoroh : 219 : "demikianlah Allah memberikan penjelasan ayat-ayat kepada kalian agar kalian renungi". QS. Ar-Road : 3 : "sesungguhnya didalam perkara itu terdapat tanda - tanda bagi kaum yang berpikir". Dan lain sebagainya---- yang mungkin dapat menjawab 2 pertanyaan diatas ditilik dari matematika:

Bismillah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun