Mohon tunggu...
Lailiyah Nurul Safitri
Lailiyah Nurul Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hanya seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Hustle Culture: Kenali si Gila Kerja

16 Mei 2022   20:30 Diperbarui: 16 Mei 2022   20:33 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
freepik.com diolah pribadi

Pernah ngga sih kamu merasa bersalah banget karena udah menghabiskan waktumu hanya untuk beristirahat sebentar? Apakah kamu juga pernah merasa marah karena seharusnya waktu tidurmu itu bisa dijadikan waktu untuk mengerjakan tugas yang bermanfaat?

Kalau pernah, mari kita bahas.

Bekerja keras memanglah hal baik yang dapat membawa banyak nilai positif bagi diri kita. Namun, tahukah kamu jika bekerja terlalu keras dapat pula membawa pengaruh negatif? Jika kamu belum tahu, maka hal pertama yang perlu kamu ketahui adalah segala sesuatu yang berlebihan itu belum tentu baik. 

Pernyataan tersebut memang terdengar sangat umum sekali, tetapi memang seperti itulah kenyataannya. Untuk hal selanjutnya, mungkin kamu perlu mengetahui budaya yang disebut sebagai hustle culture.

Sebagian orang mungkin sudah pernah mendengar istilah tersebut, atau bahkan pernah merasakannya. Tapi, sebenarnya apa sih hustle culture itu? Simpelnya, hustle culture bisa diartikan sebagai kondisi seseorang yang berusaha untuk terus bekerja hingga tidak punya waktu untuk kehidupan pribadinya. 

Hustle culture ini erat kaitannya dengan workaholic yang juga marak terjadi pada generasi muda, seperti mahasiswa dan para pekerja. Biasanya hustlers, sebutan bagi orang yang terperangkap dalam budaya hustle culture, menganggap bahwa bekerja itu lebih penting daripada apapun. 

Oleh sebab itu, mereka disebut sebagai "si gila kerja" karena berusaha untuk terus bekerja agar dapat mencapai kesuksesan. Dalam proses bekerja tersebut pun mereka tidak tanggung-tanggung untuk mengabaikan waktu istirahat. Akhirnya, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh fisik saja, melainkan juga psikisnya.

Adanya dampak tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya beban kerja yang harus diterima seseorang. Menurut Zetli S. (2019) banyaknya beban kerja, seperti beban kerja di organisasi, mempengaruhi kesehatan seseorang, baik dari segi mental maupun fisik. 

Tingginya beban kerja yang ada dapat memicu keluhan-keluhan kesehatan mental, seperti gejala stress yang diawali dengan rasa cemas yang berlebih terhadap kewajiban, mengalami sulit tidur, turunnya produktivitas, dan suasana hati yang mudah berubah.

Selain beban kerja, faktor lingkungan juga turut mempengaruhi. Lingkungan yang tidak kondusif tentu dapat menyebabkan seseorang menjadi mudah stress dan terpengaruh lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun