Mohon tunggu...
Laili Rahmatan Thoyyibah
Laili Rahmatan Thoyyibah Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Mahasiswi FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demokratis Mungkin Akan Menjadi Pola Asuh yang Terbaik untuk Anak Anda

16 Oktober 2018   11:17 Diperbarui: 16 Oktober 2018   17:29 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini, beberapa chanel di televisi ramai dengan berita seputar kekerasan pada anak, baik secara psikis maupun fisik. Kekerasan ini dapat merusak psikis mereka, bahkan jika berlebihan dapat berakhir dengan kematian. Tidak jarang juga kita melihat berita tentang pembunuhan terhadap seorang anak.

Seringkali pelaku dari kekerasan terhadap anak tidak lain dan tidak bukan adalah orang tua mereka sendiri. Pola asuh yang berbeda antara suami dan istri terkadang berujung pada konflik. Namun lebih jauh lagi, ini bisa memunculkan kebingungan di ingatan anak mengenai apa yang harus ia perbuat, bagaimana sebaiknya ia bertindak, hingga aturan mana yang sebetulnya dikenakan padanya. Dan banyak faktor-faktor yang harus dipertimbangkan agar orang tua dapat mendidik anak mereka dengan benar, seperti bagaimana pola asuh dapat memengaruhi perkembangan anak.

Orang tua harus paham, sebenarnya anak mendapatkan pelajaran tentang kehidupan pertama kali melalui interaksi mereka dengan keluarga mereka. Karakter anak dipelajari melalui model para anggota keluarga yaitu orang tua. Dalam hal ini, orang tua dan anggota keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan mental anak. Masing-masing pola asuh ini memiliki ciri khas dan efek tersendiri terhadap perkembangan anak.

Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter cenderung untuk mengatur, memerintah dan melarang anak tanpa memperhatikan kebutuhan anaknya sendiri. Mereka hanya mementingkan kebutuhan mereka sendiri dan menekankan peraturan mereka.

Pola asuh yang kedua yaitu permisif. Permisif mempunyai ciri khas pada orang tua yang memberikan kebebasan berlebih pada anak. Orang tua permisif tidak pernah menekankan apapun kepada anak mereka, mereka jarang mengontrol perilaku anak mereka.

Terakhir adalah pola asuh demokratis. Orang tua yang menggunakan pola asuh ini membebaskan anak untuk menentukan kehendak mereka sendiri dan melakukan apa yang mereka inginkan. Meskipun begitu, orang tua tetap berperan sebagai pembimbing dan mengontrol mereka dalam menentukan hal yang baik dan buruk.

Setelah mengetahui ciri khas dari masing-masing jenis pola asuh, kita harus mengetahui efek dari pola asuh tersebut dan dampak terhadap perkembangan mental anak. Efek dari pola asuh sebenarnya baru jelas terlihat saat anak menginjak usia remaja, mulai terlihat karakter asli mereka lebih-lebih saat berinteraksi dengan orang lain.

Perbedaan tersebut bisa dilihat dari cara mereka berbicara serta pembawaan diri mereka dalam keseharian mereka. Anak yang diasuh di bawah orang tua otoriter cenderung untuk tumbuh dengan sikap yang suka memberontak dan menjadi pribadi yang penakut serta memiliki kepercayaan diri yang rendah. Sedangkan anak yang diasuh dibawah orang tua permisif memiliki kecenderungan untuk bersikap kurang bertanggung jawab dan memiliki peluang untuk menjadi manja.

Terakhir adalah dampak kepada anak dari pola asuh orang tua demokratis. Pola asuh demokratis dapat mendukung perkembangan kreativitas anak. Demokratis dapat mendukung anak untuk Jika orang tua menggunakan pola asuh demokratis kepada anak, sang anak akan memiliki peluang besar untuk menjadi pribadi yang penurut karena mereka mengerti apa yang diinginkan orang tua.

Dari dampak-dampak di atas, kita dapat mengetahui bagaimana cara mereka berinteraksi sosial berdasarkan pola asuh yang mereka dapatkan dari orang tua. Perilaku sosial anak dapat dilihat dari empat hal yaitu kerja sama, tolong menolong, cara mereka menghormati, dan cara mereka berbagi. Sebelum anak berinteraksi dengan teman sebaya, anak lebih dahulu berinteraksi dengan orang tua dan anggota keluarganya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun