Mohon tunggu...
Laili Rahmatan Thoyyibah
Laili Rahmatan Thoyyibah Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Mahasiswi FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tempat Itu Bernama Darul 'Ulum

17 September 2017   00:32 Diperbarui: 17 September 2017   12:01 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya sekedar ingin berbagi kepada kalian yang merupakan suatu pengalaman dariku. Semuanya pasti ada pendahuluan, dan pada akhir pendahuluan itu akan ada yang namanya akhir.

Ini cerita ketika aku telah lulus MI, MI Al-Hidayah Tarik Sidoarjo. Bukan suatu sekolah yang terkenal memang, dan jika itu terkenal pastilah hanya dikenal di tempat itu saja. 6 tahun aku menjalani pendidikan formalku di sana, dan setelah 6 tahun itu aku harus tetap melanjutkannya walaupun tidak di tempat itu. Jadi, 6 tahun ke depan, aku melanjutkan pendidikanku baik formal, nonformal dan lainnya di pondok pesantren. 

Bukan hal baru untuk bersekolah di pondok pesantren, sudah banyak teman-temanku yang menjalani sekolah sekaligus mondok. Akupun tahun ini harus menjalankan itu sesuai dengan apa yang orangtuaku minta. Walaupun berat, tapi harus tetap aku jalani, karena aku yakin aku pasti bisa.

Seharusnya aku harus belajar terbiasa hidup jauh dari orang tua, seharusnya aku juga mampu terbiasa belajar hidup untuk mandiri. Walaupun dalam hati untuk yakin, tapi tak seperti apa yang akan di hadapi, semuanya malah berbalik. Aku jadi takut untuk menjalani hidup di pondok pesantren. Aku takut membayangkan 3 tahun menjalani hidup tanpa orang tua, hanya berteman dengan kesunyian penjara suci saja.

Pondok Pesantren Darul 'Ulum Jombang, namanya terkenal hingga semua orang tahu. Tapi menurutku, hanya terkenal di jombang mungkin atau bisa terkenal di sekitar jombang. Saat masuk pertama kali, hanya ada  tulisan Pondok Pesantren Darul 'Ulum Peterongan Jombang lalu ada pos satpam yang dijaga ketat oleh petugas kamtib pondok, berjalan ke dalamnya ada banyak warung dan toko yang menjual barang-barang dan keperluan sehari-hari.Banyak asrama yang berdiri untuk menampung ratusan santri baru yang akan menjalani hidup dan menuntut ilmu di pondok pesantren. Asrama Ainusy Syam, sebagai pengganti dari tempat berteduhku, bersama teman-teman yang belum aku kenal, yang menurutku nasibnya sama sepertiku, harus menjalani hidup di pondok pesantren. Di bawah asuhan Alm. KH. Dahlan Bisri dan ibu Nyai Hj. Ainaul Mardhiyah, kami semua di titipkan. Menjalani detailnya hidup dengan gaya baru.

Hari pertama di pondok pesantren, begitu sunyi dan sepi. Belum begitu banyak santri yang datang. Hanya ada sekelompok santri saja yang sedang membereskan semua barang bawaannya ke dalam lemarinya. Para orang tua yang mengantarkan putra-putrinya pun ikutan sibuk, karena harus membelikan untuk keperluan sehari-hari putra-putrinya. setelah selesai, aku benar-benar dilepas untuk dapat hidup mandiri bersama teman-teman. untuk awal hidup panjangku di pondok pesantren, aku merasakan takut, ini lingkungan baru bagiku. Apalagi ini di jombang, kalaupun aku kabur, aku ga tau harus kemana. 

Kesimpulan akhir bahwa aku harus benar-benar menjalani hidup baruku di pondok, walaupun aku merasa aku tidak begitu cocok. Sebenarnya aku tidak sendirian, aku bersama satu temanku mendaftar tahun ini bersama. Kita selalu berdua sebelum kami benar-benar mengenal teman-teman kamar. Kegiatan awal pondok masih belum aktif, mungkin hanya ada beberapa acara kenal-kenalan. Pengalaman pertama di pondok pesantren, bangun jam 4 untuk siap-siap jamaah sholat shubuh dan dilanjutkan dengan aktivitas pagi lainnya.

Masa orientasi siswa baru 3 hari, tapi sebelumnya kita harus menjalani masa orientasi santri terlebih dahulu selama seminggu. Sebelumnya kita harus berkumpul dulu di lapangan utama darul 'ulum untuk menerima beberapa sambutan dari para pimpinan pondok dan beberapa aturan mos. Aku di tempatkan di MTsN Rejoso. Ditest nulis arab pego dan membaca surat al fatihah, sebelumnya aku pernah mengerti apa itu tulisan arab pego. Aku tulis sebisaku saja. Lagi pula aku tidak begitu mengerti untuk apa hasilnya nanti. Hari pertama juga di isi dengan mengambil seragam baru untuk sekolah nanti. 

Dengan membawa kartu tanda bukti pembayaran, aku bisa mengambil seragam. Seragamnya ada olah raga yang warnanya pink, seragam putih biru, seragam PDH, seragam pramuka, seragam khumairo. Karena ukuranku yang begitu besar, sehingga aku harus menunggu beberapa hari untuk mengambilnya. Hari kedua kita harus ke lapangan utama darul ulum dengan seragam olah raga. Acaranya senam bersama dengan ustad-ustad juga, suatu pemandangan yang begitu romantis. Siang harinya, kita harus ke tempat awal yaitu MTsN Rejoso, sebenarnya kita dibagi-bagi ke dalam beberapa kelompok untuk penentuan tempat orientasi santrinya.

dokpri
dokpri
Hari demi hari kulewati, Hingga aku merasakan Darul 'Ulum adalah rumah kedua ku. Dari mulai santri baru yang polos tidak ngerti apa-apa sampai jadi santri yang nakal dan sering terkena takzir (Hukuman).

3 Tahun Kemudian

Akhirnya aku lulus dari MTsN Rejoso, dan aku melanjutkan di MA Unggulan Darul 'Ulum. Sedangkan temanku Nadia, dia pindah di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun