Mohon tunggu...
Lailatul Syadiyah
Lailatul Syadiyah Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer. Tertarik pada dunia religi, marketing manajemen, bussines, productivity, motivation, story telling, dan all about learning English.

Start from happiness

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Cerita Penetapan Kalender Hijriyah - Kajian bersama Ustadz Weemar Aditya

28 Juni 2021   22:03 Diperbarui: 28 Juni 2021   22:10 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penanggalan Hijriyah ini dimulai setelah Nabi wafat dan digantikan oleh Khulafaur Rosyidin, tepatnya pada kepemimpinan Umar Bin Khattab. Pada zaman itu nama bulan sudah ada, tetapi untuk tahun belum ada. Sedangkan penandaan tahun pada saat itu disesuaikan dengan kejadian yang ada pada tahun itu. Contohnya Tahun Gajah.

Ketika Umar bin Khattab mengirim surat, surat pada zaman itu sangat berbeda dengan sekarang. Jika sekarang bisa menggunakan email langsung sampai, namun surat di zaman dahulu, bisa sampai berbulan-bilan bahkan hingga berganti tahun baru sampai. Ketika surat itu sampai, delegasi pemberi surat itu ditanya, jika tertulis pada bulan tertentu itu untuk bulan di tahun ini atau tahun yang akan datang, atau malah sudah lewat tahunnya.

Dari hal itulah muncul pemikiran untuk melakukan penanggalan dan mulai menetapkan tahun dimulainya penanggalan itu. kemudian sahabat berdiskusi kapan dimulainya Tahun Islam itu. Ada beberapa pendapat yang muncul. Pertama, ketika Rosulullah lahir 12 Robiul Awal. Namun, Umar bin Khattab dan beberapa sahabat lainnya banyak yang menolak karena ditakutkan  umat Islam akan terjerumus dengan mengkultuskan nabinya. Jadi pendapat pertama ditolak dikarenakan nilainya tidak seberapa namun, resiko pengkultusan terhadap Nabi itu besar.

Kedua, sebuah usulan muncul untuk menandai awal tahun Islam ketika Wafatnya Rosulullah, walupun sebenarnya waktu lahir dan wafat  Beliau itu sama, 12 Robiul Awal. Seluruh umat langsung hening, sedih mendengar ucapan Wafatnya Rosulullah dibahas kembali. Usulan ini langsung ditolak karena kita mungkin mengingat kesedihan Wafatnya Rosulullah setiap tahun.

Terakhir, usulan untuk memulai tahun Islam ketika Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Akhirnya pendapat ini yang bisa diterima, karena pada masa Hijrah itu adalah titik umat Islam itu bangkit. Jadi setiap bulan Muharram kita selalu mengingat betapa susahnya perjuangan Rosulullah di Mekkah dan betapa luar biasanya Rosulullah di Madinah. Dan gerbangnya itu adalah bulan Muharram, ketika hijrah Nabi.

Ustadz Weemar Aditya mengajak para jamaah untuk menarik himmah dari sini bahwa setiap tahun kita selalu diingatkan untuk selalu semangat membawa Islam ke arah yang lebih baik. Bagaimana kita setiap tahun selalu berpikir untuk menjadi Islam yang Berjaya.

Menurut Weemar Aditya banyak versi yang muncul tentang kisah tentang Hijrah Rosulullah. Disini kita akan bahas dari salah satu sisi saja, yakni perilaku Iblis yang turun langsung ke Mekkah untuk membujuk Kafir Qurays untuk melawan Rosulullah. Iblis ini pun bukan sembarang iblis, bahkan Iblis senior yang turun tangan sendiri, yaitu Iblis Asazzil, atau kalau dalam Nasrani mereka menyebutnya Lucifer.

Azazil turun tangan sendiri, berubah menjadi kakek-kakek datang ke Dar Alnadwah (tempat berdiskusi di samping Ka'bah) yang sedang berdiskusi tentang Rosulullah. Dalam rapat para tokoh yang sudah dihadiri oleh tokoh-tokoh Kafir Qurays Mekkah ternama, seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan lainnya, membuat kesepakatan apa yang akan mereka lakukan terhadap Rosulullah. Banyak yang berpendapat didiamkan saja yang penting tidak di Mekkah. Namun, salah satu laki-laki tua dan asing dengan pembawaan Bahasa Arab yang sungguh berwibawa berpendapat dan hanya berkata, "Jangan".  Singkat cerita Abu Lahab memberi usul untuk membunuh Rosulullah dengan pedang terbaik setiap bani di Mekkah agar tidak saling menyalahkan di kemudian hari. Singkat cerita usaha itu gagal, dan Nabi meninggal dalam keadaan sakit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun