Mohon tunggu...
Lailatul Maulida
Lailatul Maulida Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang Penulis Buku dan Blogger. Mahasiswi S2 / Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Resep Sederhana Menjadi Manusia

30 Januari 2021   13:27 Diperbarui: 30 Januari 2021   13:29 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bahkan sering menggelepar di antara kesunyian yang kekal. Keheningan panjang yang bermuara menuju kesepian yang amat dalam. 

Apakah kita kebingungan seperti seekor ikan yang baru saja keluar dari dalam akuarium? dengan kebandelan siripnya ia mengibaskan perutnya supaya bisa memecahkan kaca. Berpisah dengan air, menjadi tamu baru di daratan, dan bahkan mengetahui bahwa ia akan mati, sebentar lagi. 

Apakah kita tidak ubahnya seperti sebuah kapal di tengah laut yang tenang? dengan dua dayung berwarna coklat tua dan seteguk air putih dari sumur ibu. 

Bersiap melaut ketika fajar sudah absen lebih dulu dari cekikikan para ayam jago. 

Mengarungi laut biru yang tenang tapi tiba-tiba mematikan. sebuah jalan berair yang luas yang bersekongkol dengan guyuran badai, deburan ombak atau para perompak jahat yang bisa jadi menenggelamkan para nahkoda dan awak kapal kapanpun ia mau. apakah yang jahat selalu ada di atas kemenangan?

Apakah manusia sejatinya seperti sebatang kaktus di tengah padang pasir yang menghampar. Berdiri seorang diri dengan keteguhannya untuk senantiasa ingin hidup. 

Senantiasa ingin ada, sekalipun sangat kehausan, dan mungkin tidak bisa tahu apa yang dinamakan makan. Menikmati sunyi dan bercinta dengan hening yang hampir- hampir menggerogoti diri sendiri. Kaktus kecil yang akan terus tumbuh. bersama pasir tandus di sekeliling dan sesekali hadiah air hujan dari langit.

Lantas apa perumpamaan seorang manusia yang paling tepat? sebuah buku? sebuah sepeda? atau bunga krisan putih yang akan hidup ketika sedang hidup dan akan mati pada waktunya. Bisakah kita memilih untuk jadi seperti apa? untuk jadi seperti siapa. 

Jalan sendiri untuk akhirnya memilih hidup bersama-sama. Dengan buku, televisi, atau matahari. berkencan dengan waktu atau sepotong rasa sabar. Menyelam lebih dalam pada hakikat hidup yang rasanya memang tidak akan pernah berjudul kekal. 

Bersalaman dengan kefanaan dan menjadi murid bagi setiap langkah di persimpangan jalan, yang kadang juga bisa menyedihkan. Hanya sejumput rasa senang dan satu sendok teh keberuntungan.

Resep sederhana menjadi manusia adalah tetap jadi manusia. Jangan lupa tidur agar tidak ngelindur. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun