BUNGA PEONY
Masih ku simpan buket bunga peony pemberiannya waktu itu, dengan setelan kemeja biru dan celana jins sederhana Mas Farid kerumah untuk memintaku pada ayah. Hatiku sangat senang dan aku anggap itu adalah malam terindah dalam hidupku setelah hampir 3 tahun kita berhubungan tanpa sepengetahuan ayah. Mas Farid dengan sopan langsung berbicara pada ayah dan tanpa basa -basi dia langsung mengutarakan maksudnya, bahwa ingin meminang aku. Tentu saja ayah langsung setuju, karena Mas Farid pemuda yang sholeh, rajin, dan sopan. Masih ku ingat juga pesan ayah malam itu padanya.
 "Le... Manda, Putriku satu-satunya. Dia aku besarnya dengan penuh kasih sayang, jadi bahagiakan dia dan jangan buat dia sedih atau menangis. Jadikan Dia seperti bunga peony yang akan selalu menghiasi hidupmu".
Sebulan setelah malam itu, kami melangsungkan pernikahan yang sederhana. Aku yang meminta, karena selain untuk mencukupkan biaya yang dimiliki Mas farid aku juga kasian dengan ayah jika mengadakan pesta mewah. Alkhamdulillah berkah dari restu dan doa ayah kehidupan rumah tangga kami sangat bahagia. Aku dan Mas Farid memang memutuskan untuk tinggal bersama ayah. Setahun kemudian kami dikaruniai seorang putra yang lucu dan itu menjadi penghibur ayah. Peony itu aku keringkan dan aku bingkai terlindung kaca.