Mohon tunggu...
Laila Rizky
Laila Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ideologis preuner

Berkaryalah meski hati sedang patah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Deep Love

27 September 2021   20:53 Diperbarui: 27 September 2021   21:44 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju cinta..
Semburat senja tersipu malu, meluluh lantahkan hatiku yang kelu, menjadikan kerasnya ego merayu ayu, berisik untuk saling menyatu..
Hari itu aku benar-benar terjatuh, pada hati yang tak pernah disangka akan tersentuh, lembut, indah, dan teduh..
Bibirku mengembang melihat ciptaan itu, sejuk, ingin ku memeluknya sekaligus memiliki seutuhnya..
Boleh kah, Tuhan?

Menuju hati ini sungguh tak pernah ku duga. Bersayap mengepakkannya dan terbang menujunya. Oh, semoga tidak salah tujuan. Semoga juga hati ini jatuh pada tempatnya..

Kala itu aku menolak mentah untuk merasakan cinta, setelah jutaan pecundang menorehkan luka, merobek hati yang tak berdosa, dan bertanya apakah hati ini diciptakan hanya untuk dipatahkan?

Sekali lagi, ia datang gusar sedikit malu. Waspada ku menyambutnya dengan tatapan murka. Pecundang macam apa lagi yang datang untuk menyakiti?
Hatiku telah terkunci rapat lalu kubuang sejauh nestapa yang ku rasakan. Aku membalikkan badan dengan bersungut ria.. Kedua tanganku bersedekap di depan dada yang angkuh. Juga berjanji tak akan ada lagi pecundang yang bersinggah.

Dan aku lupa. Ternyata sosok tersebut menemukan kunci itu. Kunci yang sudah lama ku buang. Ia membuka hatiku untuknya. Perlahan. Tenang.
Ya aku kalah, Tuhan. Aku kalah dengan permainan sandiwara ini. Kini aku benar-benar berperan tanpa pamrih. Siang malam ku merindu. Aku lelah namun senang.

Baru ku sadari. Ternyata dia indah di mata orang lain. Menarik dan bersahaja. Bibir mereka dengan mudah menyebut namanya. Mengagungkan sosoknya, di depanku. Aku berpikir dalam-dalam. Apakah sosok pemegang kunci ini seindah itu?

Aku tatap matanya dengan seksama. Ya!! Dia indah, tapi aku belum mencintainya.. Entah mengapa.
Atau sepertinya aku takut. Takut akan kecewa yang terulang. Ya, aku tidak mau bersinggah pada hati yang akan mengikis kebahagiaanku. Aku tidak mau.
Pun jika saat ini aku jatuh pada sosok itu, percayalah! Aku tidak berharap apapun darinya selain dirinya dalam keadaan baik dan ada. Ada di muka bumi ini bagiku sudah lebih dari cukup.  Aku tidak berhak menahannya untuk mencintai sosok lain selainku. Tidak bisa juga aku menahan orang lain agar tidak mencintainya. Siapa aku, hei? Tugasku hanya mencintainya. Perkara memilikinya adalah urusan Tuhan.

Seikhlas ini sekarang aku mencintai seseorang. Karena sumber patah dan kecewa adalah harapan kita yang melambung tinggi. Dan saat ini, tidak pernah berharap apapun darinya. Hanya doa pada Tuhan agar dia dapat mencintai sosok yang tepat, yang tidak ada patah dan luka yang tertoreh di lubuk hatinya. Juga semoga sosok yang mencintainya adalah orang yang tepat. Orang yang tuhan inginkan, yang tuhan ridhoi. Aamiin aamiin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun