Mohon tunggu...
Muhammad Haris
Muhammad Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Sebuah Usaha Mengabadikan Pikiran

Menulis untuk mengenali diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sandal Swallow dan Masa Depannya di Negeri Ini

7 September 2020   10:42 Diperbarui: 7 September 2020   10:48 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Republika.co.id

Sejak saya diajarkan nama-nama benda oleh ibu saya sebagaimana Adam diajar oleh Tuhan tentang benda-benda di sekitarnya dan mulai mengetahui banyak hal di sekitar saya, sandal swallow sudah berada dekat dengan saya. Tidak pernah jauh dari kehidupan saya.

Saya tidak tahu pasti sejak kapan sandal yang murah meriah ini diproduksi. Tetapi di salah satu artikel yang saya baca, sandal ini pertama di produksi tahun 1982 .

Saat masih kecil, saya sudah melihat nenek saya kemana-mana menggunakan swallow. Melihat nelayan di kampung pergi melaut juga menggunakan sandal ini.

Sejak saat itu, jika mendengar kata sandal, yang pertama terbayang dalam pikiran saya adalah sandal swallow, entah yang berwarna biru, hijau, kuning ataupun merah. Swallow adalah epistemologi pertama saya tentang sandal.

Saya masih ingat betul, ketika sandal swallow saya yang lama telah putus, saya membeli sandal yang baru. Saat di warung, saya kebingungan memilih warna apa yang hendak saya ambil. Kebingungan saya seperti sedang berhadapan dengan hal yang begitu rumit.

Ada empat warna seperti saya sebut tadi. Ada beberapa pertimbangan kesulitan memilih warna. Jika saya memilih warna biru, itu warna yang sangat banyak dipakai oleh teman-teman saya, begitu pula dengan warna hijau.

Karena banyak yang memakai kedua warnaitu, bisa berefek banyak hal, salah satunya adalah perkelahian dengan kawan saat kami berebut pasangan sandal masing-masing. Kami akan kebingungan memilih pasangan sandal masing-masing.

Walau pada akhirnya seiring perkembangan zaman dan proses belajar dari masa lalu, hal sederhana itu bisa dicegah dengan cara di sandal akan ditulis nama pemiliknya atau sekadar menancapkan paku tindis sebagai penanda.

Saya juga tidak akan memilih warna kuning, karena itu warna yang biasa digunakan nenek saya. Dipikiran saya, kuning adalah warna sandal untuk perempuan. Setelah berpikir banyak, saya akhirnya memilih warna merah.

Swallow menjadi seperti Aqua dalam bangsa air mineral atau seperti Toa dalam bangsa megafon. Walau banyak merek sandal jepit, orang-orang tetap akan menyebutnya swallow walau sandal yang dibelinya ternyata sky way atau yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun