Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Terus Tersayat, Ikhlas KMP Bubar, Gerindra Menjadi Obat Tawar

9 Februari 2016   14:42 Diperbarui: 9 Februari 2016   16:27 2603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, saat menghadiri perayaan HUT partainya di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (6/2/2016). (Foto: Fabian Januarius Kowado/Kompas.com)"][/caption]Prabowo nasionalis tulen. Prabowo tidak mengorbankan bangsanya hanya dengan alasan egonya. Itulah sebabnya ketika Jokowi dilantik sebagai Presiden terpilih, ia pun hadir. Pun ketika Jokowi dijepit oleh KIH terkait polemik pencalonan Kapolri Budi Gunawan, Prabowo datang membela Jokowi. Selama sepuluh tahun kepemimpinan SBY, tak pernah satu kalipun Prabowo mengusik SBY. Prabowo nasionalis tulen. Ia menghargai demokrasi yang telah dipilih oleh bangsanya dan tetap membela pemerintah yang sah, termasuk ayah mertuanya Soeharto.

Ketika mertuanya, Soeharto pada tahun 1998 tergencet oleh demonstrasi mahasiswa, ia yang belum sempat menjadi Panglima ABRI, dipaksa mengendalikan situasi. Sebagai seorang Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Jenderal saat itu, Prabowo tahu betul apa yang dia lakukan. Ia dipanggil menyelamatkan pemerintah yang sah kala itu.

Dalam keadaan genting saat itu, rasa nasionalis Prabowo  tampil ke depan membela  Soeharto yang saat itu kedudukannya sudah sangat linglung. Prabowo berusaha keras memadamkan demonstrasi mahasiswa yang sudah marak di berbagai wilayah. Puncaknya ketika terjadi peristiwa kelam Mei 1998. Dari peristiwa itulah lahir berbagai tuduhan yang dialamatkan kepada Prabowo. Pertama, ia dituduh sebagai dalang kerusuhan Mei 1998. Kedua, penculikan mahasiswa dan ketiga, adanya kecurigaan terhadapnya untuk mencoba merebut kekuasaan.

Atas perintah Presiden Habibie yang baru menjabat sehari saat itu, Panglima ABRI, Wiranto, mencopot Letjen Prabowo dari posisi Pangkostrad. Hal ini berdasarkan laporan intelijen atas pergerakan pasukan Prabowo di sekitar rumah kediaman Presiden Habibie. Inilah luka syatan hebat pertama Prabowo. Jika Soeharto satu-dua tahun lagi bertahan, maka bisa dipastikan, karirnya terus menanjak bahkan ia bisa menjadi pengganti Soeharto, menjadi Presiden. Tetapi atas tuduhan dalang kerusuhan dan perebutan kekusaan, karir cemerlang Prabowo pun tamat. Prabowo pun tersayat.

Sayatan hebat berupa tuduhan dan pencopotan dirinya, membuat ia mengasingkan diri ke Yordania. Di sana ia terus mengikuti perkembangan revolusi bangsanya. Sebagai seorang putra begawan ekonomi Indonesia, Prof. Soemitro Djohadikusumo yang cinta tanah air, panggilan ibu pertiwi terus memanggilnya pulang. Ketika kondisi sudah mulai stabil, Prabowo pun kembali ke Indonesia dan mencoba menyembuhkan lukanya dengan masuk Partai Golkar bentukan ayah mertuanya, Soeharto.

Awalnya harapan Prabowo di Golkar begitu besar. Di sana ia mencoba meniti karir politiknya bersama Golkar. Ia mencoba terus bertahan di Golkar beberapa bulan. Namun ia tidak bisa bertahan. Ia kecewa dan tersayat kembali. Ia sadar bahwa Golkar sudah berubah, sudah dipegang oleh pengusaha modal besar dan bermental uang dan jual beli pengaruh. Ia lalu keluar dari Golkar dan membangun Partai Gerindra dari awal. Gerindra kemudian resmi berdiri pada tahun 2008. Di dalam Gerindra, Prabowo mencoba membawa manifesto besar yakni mengembalikan UUD 1945 ke ranah murninya.

Pada pemilu April 2009, partai Gerindra berhasil meraih suara 4,46% atau urutan nomor delapan dari 38 partai yang bersaing ketika itu. Gerindra pun mempunyai wakil di parlemen dan mulai menunjukkan taringnya. Beberapa bulan kemudian pada tahun 2009, Prabowo maju sebagai cawapresnya Megawati menantang petahana SBY yang maju kembali dalam bursa Pilpres. Namun, kembali Prabowo tersayat. Bersama Megawati sebagai calon Presiden, Prabowo kembali gagal merengkuh impiannya sebagai wakil Presiden. Mega-Prabowo dikalahkan oleh SBY yang terlihat superior kala itu. Di Parlemen luka sayatan itu, Prabowo sembuhkan lewat konsistensi Gerindra menjadi oposisi terhadap pemerintahan SBY. Prabowo terus membangun citra Gerindra di tengah masyarakat.

Pada pemilu tahun 2014 yang lalu, berkat usaha keras Prabowo, Gerindra berhasil masuk tiga besar dalam perolehan suara setelah PDIP dan Golkar. Nama Prabowo pun semakin harum. Ia kemudian dengan kepercayaan diri tinggi, mencalonkan diri sebagai calon Presiden dan memilih wakilnya dari PAN, Hatta Rajasa. Para pendukung Prabowo-Hatta pun bersorak dari Sabang sampai Merauke. Namanya kemudian dielu-elukan sebagai calon Presiden Republik Indonesia. Melihat potensi kemenangannya melawan pasangan Jokowi-JK, maka partai-partai gurem lain selain Golkar seperti PKS, PPP, PBB, PAN ikut nebeng mengusungnya. Tetapi apa yang terjadi kemudian?

Kenyataan pahit kembali menyayat Prabowo. Kemenangan yang sudah di depan mata, direnggut oleh pasangan populer lainnya Jokowi-JK. Prabowo kembali gagal dan  tersayat. Luka sayatan itu dicoba disembuhkannya bersama partai pengusungnya dengan membentuk Koalisi Merah Putih (KMP) di parlemen. Namun karena fondasinya dan desain bangunannya tidak kokoh, maka hanya dalam kurun waktu satu tahun bangunan KMP yang sempat jaya di masa awal pembentukannya roboh satu persatu ditempa gempa. Gerindra kemudian tanpa pamit ditinggalkan oleh PAN, disusul Golkar, PPP dan bahkan PKS menyeberang meninggalkan Gerindra sendirian. Lagi-lagi Prabowo tersayat dengan luka pedih perih.

Pada tanggal 8 Februari 2016 lalu, perayaan HUT Gerindra yang  ke-8 berlangsung sepi tanpa mengundang pimpinan-pimpinan partai KMP. Di HUT Gerindra itu wajah Prabowo terlihat pedih-perih akibat sayatan terakhir partai-partai KMP yang telah meninggalkannya. Gerindra kemudian menegaskan bahwa KMP telah bubar dan tinggal sejarah. Prabowo dan Gerindranya ikhlas ditinggalkan sendirian dan menerima kenyataan pahit itu.

Di tinggal oleh partai-partai KMP lainnya, tidak membuat Prabowo menyerah. Sebagai seorang Jenderal Kopassus, Prabowo pantang menangis. Di tengah sayatan lukanya, ia terus maju menggapai cita dan impiannya. Ia berencana mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017 jika kader-kader Gerindra tidak ada yang mampu menyaingi Ahok. Dari sana Prabowo masuk menata jalan menjadi capres pada tahun 2019 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun