Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, Kentut, dan Covid-19

9 November 2021   21:07 Diperbarui: 9 November 2021   21:31 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi, Pimpin G-20 (Kompas.com)

"Jika anda belum sukses, maka apapun yang keluar dari mulutmu, terdengar seperti kentut bagi orang lain. Ia bau. Busuk. Sebaliknya, jika engkau sukses, suara kentutmu pun terdengar bagaikan gemercik emas bagi orang lain. Ia harum, menarik dan diendus orang."

Itulah nasehat kehidupan dari Jack Ma, salah satu orang terkaya dari Tiongkok, pemilik group Alibaba.

Jack Ma telah membuka tabir sekaligus menginspirasi banyak orang bagaimana seharusnya merespon sindiran, ejekan, olokan, hinaan dan sejenisnya. Jack Ma yang terlahir miskin, berbau lumpur dan berpenampilan rongsokan, tidak menghabiskan energinya membalas hinaan kepadanya.

Saat ia dihina, Jack Ma terus belajar, bekerja keras dan memfungsikan maksimal antena di kepalanya tentang masa depan. Beberapa dekade kemudian, Jack Ma mengguncang dunia. Ia turut mengubah persepsi stigma negatif negara lain terhadap bangsanya, Tiongkok. Jack Ma menjadi orang terkaya di seluruh Tiongkok.

Amerika dan Barat dulunya kerap menghina Tiongkok sebagai negara miskin yang komunis. Bahkan Jepang pun ikut-ikutan Barat. Tiongkok pun membalasnya dengan kerja keras bercampur air mata. Hasilnya, Amerika melongo, Jepang menganga. Tiongkok kini menjadi negara superpower yang sedang naik tahta sementara Amerika dan sekutunya sedang turun tahta.

Stigma terhadap Tiongkok sebagai negara miskin, jorok dan komunis sampah, kini menjadi negara yang sarat pujian. Negara yang memiliki uang kas triliunan dollar, mampu menguasai teknologi tinggi dan bisa jalan-jalan ke bulan dengan mudah. Model pemerintahan negara Tiongkok pun menarik dan mulai ditiru.

Jack Ma bersama perusahaannya Ali Baba, telah ikut mengubah wajah Tiongkok di pentas dunia. Itulah sebabnya jutaan orang di seluruh dunia hingga kini terus mendengar Jack Ma. Walaupun penampilannya sederhana, tetapi setiap butir kata yang keluar dari mulutnya, terdengar bagaikan gemercik emas bagi yang mendengarnya.

Lalu bagaimana dengan Jokowi?

Jokowi yang sukses menjadi pengusaha, sukses 2 kali menjadi wali kota, 1 kali gubernur dan 2 kali periode Presiden, menjelma menjadi sosok yang menarik di mata dunia. Sosok Jokowi jelas sangat langka. Tak heran kemanapun Jokowi pergi, ia selalu menarik perhatian. Walapun penampilannya sederhana, tetapi ide-ide dan pengalaman hidupnya didengar oleh dunia bagaikan gemercik emas.

Ketika bangsanya dihina dan dicemooh negara tetangga, Jokowi tidak sibuk membalasnya dengan kata-kata kasar, tetapi dengan kerja keras. Bagi Jokowi, membalas hinaan, tidak ada artinya jika bangsa ini masih miskin.

Jokowi pun memberi contoh kepada rakyatnya bagaimana seharusnya bekerja keras siang dan malam. Dengan tak kenal Lelah, Jokowi membangun infrastruktur masif di seluruh negeri  termasuk pintu gerbang masuk NKRI di perbatasan dengan Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini.

Wajah Indonesia dulu di perbatasan negara tetangga, jorok, sarang tikus, ular dan kodok. Pintu gerbang masuk NKRI menjadi bahan ejekan negara tetangga. Berkat sentuhan Jokowi, pintu gerbang masuk ke Indonesia dari negara tetangga telah disulap megah. Dan kini menjadi tempat favorit untuk berselfi-ria warga negara tetangga. Hinaan warga negara tetangga dibalas dengan membangun.

Nama Jokowi semakin harum. Dengan strateginya, ia sukses menangani gelombang  Covid-19 di Indonesia tanpa harus mengorbankan ekonomi. Tak heran WHO dan dunia kerap mendengar pengalaman Jokowi dalam menangani Covid-19.

Kini di bulan November 2021, jumlah penderita aktif Covid di Indonesia sudah berada pada angka 10 ribuan dan jumlah yang terpapar setiap hari sudah di bawah seribu orang.

Tentu tidak gampang mengatur ratusan juta orang Indonesia agar taat pada prokes terkait Covid. Namun dengan usaha keras, Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi, berhasil menekan penularan Covid-19. Sementara di negara lain, angka penularan Covid kembali  melambung tinggi.

Suara Jokowi tentu bukan hanya didengar soal pengendalian Covid. Suaranya juga didengar terkait politik, menggandeng lawan sekaligus menghantam lawan, termasuk memerangi radikalisme dan terorisme. Ia didengar terkait pembangunan infrastruktur, pemberantasan korupsi, demokrasi, persatuan dan pengentasan kemiskinan.

Jika Jokowi  masuk dalam jajaran tokoh Muslim paling berpengaruh di tahun 2022 dan dipilih sebagai pemimpin G-20 saat ini,  itu karena dia punya jejak gemilang sebagai pemimpin negara besar dan negara yang sangat berpotensi menjadi negara maju. Suaranya didengar karena ia adalah sosok yang sukses. Dan bukan hanya sekedar suara kentut.

Contoh dari suara-suara kentut bisa didengar nyaring dari lawan-lawan politik Jokowi. Suara berisik ala Rizal Ramli, Refli Harun, Rocky Gerung, Fadli Zon, Amin Rais, tidak ada ubahnya suara kentut bagi orang lain. Saat mereka berbicara tentang kepemimpinan, demokrasi, bisnis dan politik, suara merekapun terdengar bagaikan kentut. Bau busuk dan dijauhi orang. Alasannya jelas. Mereka belum sukses.

Semoga tulisan ini, tidak terlalu berbau busuk seperti bau kentut bagi pembacanya karena penulisnya masih belum juga sukses.

Salam Kompasiana, Asaaro Lahagu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun