Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Tunda Lebaran Kuda SBY

29 November 2016   17:53 Diperbarui: 24 Desember 2016   01:15 31463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (Okezone.com)

Demo 2 Desember 2016, amat menentukan bagi pihak-pihak yang sedang berseteru. Jika demo itu lebih besar dari 4 November dan mampu menurunkan jutaan orang, lalu berhasil menduduki gedung DPR/MPR sekaligus melaksanakan sidang istimewa MPR, maka pada saat itu lebaran kuda tiba. Perayaan lebaran kuda pun dipastikan meringkik, membahana dan menggelora seperti ringkikan kuda.

Cikeas, asal penggagas lebaran kuda, akan bersorak kegirangan. Pihak Cikeas kemudian akan meluncurkan beragam produk lebaran kuda seperti gubernur lebaran kuda, ormas lebaran kuda, koalisi lebaran kuda di DPR dan presiden lebaran kuda RI. Mantap. Pertanyaannya adalah apakah lebaran kuda yang sampai sekarang tak seorangpun tahu hari dan tanggalnya, bisa dihadirkan pada demo 2 Desember itu? Untuk menjawabnya, mari kita telaah situasi politik kekinian dengan hati riang, damai dan bahagia selalu terlebih dahulu.

Hirup-pikuk politik di tanah air akhir-akhir ini harus diakui semakin memanas. Dua kubu yang saling berseteru yakni kubu istana dan Cikeas terus adu taktik dan strategi. Bisa dipastikan bahwa demo 2 Desember 2016 akan menjadi pembuktian kedua kubu tentang siapa yang paling cerdas, cerdik dan selanjutnya ceria. Rakyat banyak yang posisinya silent majority, hanya bisa bersikap wait and see sekaligus was-was.

Saat ini semua mata melirik istana. Apa taktik yang sedang dimainkan pihak istana untuk menangkis serangan dari Cikeas? Langkah Presiden Jokowi yang merangkul berbagai pihak sebelumnya cukup ampuh.  Jokowi nampaknya semakin percaya diri dan memutuskan untuk tidak bertemu dengan SBY dan FPI untuk sementara. Ia bahkan terlihat akan berdiri tegak di istana sambil memegang tongkat komando. Sebagai panglima tertinggi ABRI, Jokowi siap kapanpun mengeluarkan perintah untuk mengamankan situasi.

Lebaran kuda memang sangat diwaspadai. Jika lebaran kuda itu datang, maka bisa menjadi kiamat bagi istana. Karena itu Kapolri, Tito Karnavian, tidak heran jika melakukan diplomasi terbaiknya untuk memecah kelompok demo. Penangkapan kelompok teroris yang ikut menunggangi demo 4 November lalu adalah kesuksesan Tito yang jeli membaca situasi. Lalu kesepakatan dengan GPF MUI yang dipimpin oleh Habieb Rizieg adalah salah satu langkah meredam demo yang sewaktu-waktu bisa berubah liar tak terkendali.

Kesiapan untuk menerima perintah Jokowi sebagai Panglima Tertinggi ABRI, juga diperlihatkan berulangkali oleh Panglima TNI, Gatot Nurmantyo. Gatot sekarang menjadi sosok terkemuka yang terus-menerus menyuarakan  wawasasan kebangsaan dan persatuan di bawah naungan NKRI. Bahkan Gatot menggagas aksi ikat kepala Merah-Putih pada tanggal 30 November 2016.

Pihak jenderal dan para intelijen Jokowi saat ini terus memetakan kemungkinan-kemungkinan terburuk. Berbagai skenario mengatasi demo terus dimatangkan dengan cermat. Manufer-manufer dari Cikeas pun terus diamati. Perang propaganda di sosial media terus digencarkan. Penggiringan opini terus dilakukan. Tujuannya adalah menghancurkan gagasan lebaran kuda SBY atau sekurang-kurangnya menundanya dan memicu SBY kembali keluar mengeluarkan pernyataan.

Lalu apakah SBY berhasil dipancing keluar? Sama sekali tidak. Selama tiga minggu, SBY dan tidak muncul di media. Akan tetapi menjelang demo 2 Desember, SBY kembali muncul dengan mengirim pernyataan di media. Rupanya istana  kali ini bertemu dengan lawan tangguh. Lawan yang selama tiga puluh tahun lebih menjadi prajurit hebat, mantan Menkopolhukam, dan mantan Presiden sepuluh tahun sekaligus ketua partai besar.

Pasca melontarkan kata “Lebaran Kuda”, 2 November 2016 lalu, SBY kemudian diam membatu. Itu jelas taktik jitu seorang eks tentara. Diam namun terus memperhatikan situasi, menahan gerakan, berkamuflase, tetap menyalakan antena di kepala, mata tetap bergerak liar, dan penciuman tetap tajam. Saat lawan terlihat kuat, SBY mengalihkan perhatian lalu menggulirkan bola panas baru.

Seperti yang dia beberkan di VIVA.co.id (Senin, 28/11), SBY mengungkap skenario penjatuhan Jokowi. Menurut SBY, ada dua pihak yang mau melengserkan Jokowi. Pertama, dari luar dari kekuasan dan yang kedua, dari lingkar kekuasaan Jokowi sendiri.

Amat mudah menebak pihak luar yang ingin mendongkel Jokowi. Namanya tak perlu disebutkan satu persatu. Publik paham siapa-siapa mereka itu. Namun yang menarik adalah dugaan SBY  tentang adanya pihak dari kalangan Jokowi sendiri yang ingin merebut kekuasaan. Siapakah mereka itu? Menurut SBY, pihak dalam itu adalah pembantu-pembantunya. Artinya sangat jelas. Semua menteri, Kapolri, Panglima TNI, bisa dituduh sebagai pihak yang ingin mendapatkan kekuasaan. Ini adalah bola panas SBY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun