Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Digencet, Jokowi Dibidik dan Gelegar Demo 4 November 2016

30 Oktober 2016   07:10 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 188541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok (Liputan6.com)

Ahok sedang digencet saat ini? Ya, benar. Ahok sedang menjadi sasaran tembak. Tanpa susah-payah mencari, para musuh Ahok seolah disodorkan senjata dahsyat ketika Ahok berani  menyerempet Surat Al-Maidah ayat 51. Hal itu telah memicu penggecentan dirinya sendiri. Lalu benarkah Ahok mampu digencet dan akhirnya benar-benar tergencet? Sebelum mengulasnya lebih lanjut, mari kita identifikasi dulu siapa musuh Ahok dan skenario mereka saat ini dengan pikiran yang waras.

Para musuh Ahok jelas tersebar dimana-mana. Musuh utamanya adalah kaum fundamentalis ekstrim berbaju agama semacam FPI dan HTI.  Ormas berdaster ini berada di barisan depan medan tempur baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Mereka ini ingin menyingkirkan Ahok bagaimanapun caranya, termasuk membunuh sekalipun. Ahok jangan sampai menjadi Gubernur lagi. Ahok harus ditumbangkan sebelum Pilkada. Itu tujuan utamanya.

Alasan para kaum ekstrimis memusuhi Ahok adalah pertama, Ahok double minoritas dengan cap kafir yang disematkan pada dirinya. Oleh karena itu, Ahok tidak boleh menjadi pemimpin di negeri ini. Kedua, Ahok terlalu lancang menghilangkan sumber-sumber pendapatan ormas selama ini seperti lahan parkir, setoran dari PKL liar dan pungutan liar dari perusahaan-perusahaan yang tidak mau disweeping. Ketiga,Ahok tak lagi mau mengucurkan dana-dana hibah dari Pemrov DKI sebagaimana kebiasaan gubernur sebelum Jokowi-Ahok. Hal ini jelas menggangu kondisi keuangan  dan periuk ormas.

Sejajar dengan garis depan, Muhammad Taufik dan Abraham Lunggana alias Lulung (wakil ketua DPRD DKI Jakarta) terus mengobarkan perseteruan dengan Ahok. Masing-masing dua orang ini di-back-up oleh partai Gerinda dan PPP plus Fadli Zon dan Fahri Hamzah di DPR Senayan. Mereka-mereka ini tak kenal lelah menyerang Ahok dengan berbagai cara. Alasannya jelas.

Pertama, lahan basah Lulung di Tanah Abang yang bisa menghasilkan mobil Lamborgini dalam sekejap, telah dikeringkan habis oleh Ahok. Kedua, Ahok telah menghina partai Gerinda dengan keluar dari partai itu dan  ketiga, Ahok telah mengikis habis dana-dana anggaran siluman pada APBD DKI Jakarta yang membuat perusahaan siluman mereka juga terkena imbas. Dan ini sangat memukul batin Lulung dan Taufik.

Di belakang garis depan, ada sederet para musuh Ahok yang juga rajin turun ke lapangan. Mereka itu adalah Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Yusril Ihzra Mahendra, Habiburohman dan Amin Rais dan para pengikut mereka. Mereka memusuhi Ahok juga dengan alasan bahwa (1) Ahok mulutnya comberan, (2) ingin menarik simpati masyarakat yang tertindas dan (3) ingin menebeng pada popularitas Ahok sekaligus mengangkat kembali citra mereka yang semakin redup. Orang-orang ini melakukan berbagai cara untuk menurunkan Ahok atau sekedar menjegal pencalonan dirinya menjadi cagub DKI untuk periode kedua.

Kemudian di tingkat komando ada para mantan sebelumnya seperti mantan RI-1, mantan jenderal TNI-Polri, mantan ketua partai yang tidak perlu disebutkan namanya di sini. Mereka ini sangat ingin menjegal Ahok karena (1) cemburu, iri hati dan dengki pada prestasi kerja Ahok di DKI, (2) tersinggung atas segala sindiran-sindiran pedas Ahok dan (3)  merasa terancam akan keberadaan Ahok di ibu kota terutama di masa depan. Ahok adalah ancaman masa depan para mantan.

Lalu digaris belakang, para pemilik media raksasa seperti Hary Tanoe, The Good Father, Pemilik Tempo, Gunawan Muhammad, Jawa Pos milik Dahlan Iskan, ikut menyerang Ahok dengan motif bisnis. Mereka kebakaran jenggot karena Ahok tidak bisa diajak bekerja sama untuk membagi-bagi kue bisnis di DKI Jakarta. Bersama mereka berjubelah media-media online abal-abal seperti portal piyungan, pos metro dan seterusnya. Lalu memanfaatkan masyarakat liar yang digusur, mereka ikut menabuh genderang perang menumbangkan Ahok lewat media massa milik mereka.

Ketika Ahok tergelincir dan menyerempet Surat Al-Maidah ayat 51 itu, para musuh Ahok pun bersatu. Kata “dibohongi” pun menjadi viral dan digarisbawahi. Logika bahasa pun menjadi terbalik. Kesalahan Ahok itu dilipatgandakan, dibesar-besarkan, digoreng dan dibumbui lebih banyak. Hasilnya dari setitik, kini menjadi sebukit. Jadilah predikat Ahok sekarang Penista Agama, Penista Al-Quran, Penghina Ulama, pemecah-belah NKRI. Padahal itu hanya fitnah belaka. Tuntutannya adalah tangkap Ahok, penjarakan Ahok bahkan bunuh Ahok. Sadis dan mengerikan.

Demi mempercepat penumbangan Ahok, maka lawan-lawan Ahok terutaman FPI kini sedang menjalani beberapa skenario. Skenario pertama adalah terus  melakukan demonstrasi sampai menjelang hari H pencoplosan Pilkada 2017 mendatang. Tujuannya adalah pertama, membuat nama FPI kembali melejit, menjadi pahlawan terdepan penjegal Ahok. Selama ini FPI terpaksa tiarap setelah gagal berkali-kali menumbangkan Ahok.

Lewat penghimpunan dan pengerahan massa, maka  ormas-ormas ini  akan mendapat keuntungan materi lewat aksi-aksi mereka. Mereka bisa memperoleh dana demo dari sponsor dari kompetitor Ahok, partai, pengusaha yang tidak menyukai Ahok. Isu kucuran dana 10 miliar pada demo 14 Oktober yang ditenggarai dibiayai oleh pihak terntentu adalah salah satu contohnya. Massa yang berdemo lalu difoto dan dijadikan jualan lagi untuk mendapatkan dana yang lebih besar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun