Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama featured

Hati-hati Modus Kecurangan di SPBU Pertamina

23 Oktober 2015   11:00 Diperbarui: 4 April 2017   16:29 35563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bagian alat nomor 10, di situ tertera pengatur speed sekaligus pengunci speed fluida yang mengalir di nozzle. Bila petugas mengunci speed pada angka 3 yang berarti speed tinggi, maka yang mengalir adalah BBM yang campuran uapnya lebih banyak. Itulah sebabnya maka sebaiknya  isilah BBM pada pagi hari  atau malam hari saat udara dingin sehingga kadar keseimbangan pada fase likuidnya lebih banyak.

Kedua, perhatikanlah meteran/argo analog atau digital yang ada di SPBU. Pastikan bahwa angka pembelian anda sesuai dengan angka yang tertera pada argo. Misalnya anda membeli Rp. 215.000,- dan petugas pun menekan tombol yang jumlahnya Rp. 215.000,- maka pastikan ketika selesai transaksi, angka pada argo berada pada angka Rp. 215.000. Bila anda lengah dan tidak memperhatikan angka pada argo apalagi kalau anda tetap di dalam mobil, maka petugas yang nakal akan berhenti memompa bensin pada mobil anda pada angka 205.000 ribu misalnya. Jadi ada selisih Rp. 10.000,- karena anda tidak memperhatikan argo.

Jika hal ini terjadi maka petugas SPBUnya yang untung. Karena yang diperhitungkan oleh pemilik SPBU adalah meteran analognya. Bukan akumulasi dari tiap transaksi. Oleh supervisor SPBU maka yang  dicatat pada pagi sampai malam saat tutup adalah angka yang tertera pada argo. Supervisor akan menghitung berapa liter yangg keluar, dikalikan dengan harga per liternya. Pegawai (operator) pompa sangat memanfaatkan argo tersebut. Jadi tiap pergantian shift, mereka akan mencatat berapa angka pada argo analog tersebut lalu dikalikan dengan harga perliter. Itulah yg harus mereka setorkan.

Dengan cara sederhana di atas, petugas memanfaatkan ketidakjelian konsumen, maka akan ada selisih antara akumulasi transaksi dengan yang analog. Tentu saja analog lebih kecil. Sehingga si operator dapat untung dari varian tersebut. Soal print, operator dengan gampang mencetak nota transaksi tanpa mengisi BBM sekalipun. Jadi bisa dibayangkan bila anda mengisi Rp. 215.000,-  lalu perhatian kita dialihkan dan petugas  menyudahi pengisian pada angka Rp. 205.000 atau di bawahnya, maka kita akan kehilangan sekian ribu rupiah.

Ketiga, perhatikanlah argo/meteran. Jika angka pada meteran terlihat berkedip-kedip dan yang terlihat hanya garis-garis angkanya atau tiba-tiba  meloncat angkanya argonya, misalnya dari Rp.80.000,- langsung ke angka Rp. 100.000,- maka bisa dipastikan bahwa SPBU tersebut telah melakukan kecurangan. Beberapa oknum SPBU melakukan trik ini untuk meraup keuntungan. Argo SPBU bisa didesain angkanya agar tiba-tiba melompat. Trik ini tidak menguntungkan pegawai tetapi pemilik SPBU yang bersangkutan, karena jumlah uang yang masuk tetap tercatat dengan benar sesuai dengan argo sementara BBM yang keluar sedikit.

Untuk menyiasati atau menghindari trik curang dari oknum SPBU di atas, maka sebaiknya belilah BBM dengan angka yang tidak biasa. Kalau motor beli pada angka yang tidak biasa misalnya Rp. 11.000, Rp. 16.000 atau Rp. 21.000. Hindari membeli pada angka biasanya misalnya Rp. 10.000, Rp.20.000 atau Rp.30.000. Kalau mobil belilah pada angka yang tidak seperti biasanya misalnya Rp.79.000, Rp. 162.000 atau Rp. 237.000. Hindari membeli BBM pada angka genap seperti Rp.100.000, Rp.200.000 dan seterusnya. Alasannya angka genap atau biasanya mungkin sudah disetting lompatan angkanya.

Keempat,belilah BBM pada SPBU milik pemerintah atau milik Pertamina jika memungkinkan. Alasannya, potensi kecurangan di SPBU pemerintah lebih kecil daripada milik swasta. Atau paling tidak carilah SPBU yang mempunyai sertifikat Pasti Pas dan takaran pas dari badan Metrologi. Hanya saja masalahnya adalah dari dari sekian ribu SPBU yang ada di Indonesia, yang bener-benar dikelola oleh Pertamina sendiri sangat sedikit. Ada tiga tipe SPBU Pertamina yaitu: COCO (Corporate Owned Corporate Operated), DODO (Dealer Owned Dealer Operated) dan CODO (Company Owned Dealer Operated). Tipe COCO adalah SPBU murni milik Pertamina sedangkan yang lainnya adalah swasta. Pada dasarnya SPBU milik swasta akan mengejar keuntungan dengan melakukan trik-trik curang (oknum).

Cara mengenali SPBU milik pertamina adalah dengan  melihat nomor SPBU dua digit pada angka depannya. Digit pertama menunjukkan region sedangkan digit kedua adalah status SPBU tersebut apakah COCO, DODO ato CODO.  SPBU COCO Pertamina punya ciri khas pada angka digit kedua dengan kode angka 1 sedangkan yang swasta angka 4.  Misalnya SPBU nomor 31.129.02 (angka pertama menunjukkan region Jakarta/Jawa Barat sedangkan digit kedua angka 1 yang berarti bahwa SPBU tersebut milik Pertamina). Bila angkanya keduanya 4, jelas itu milik swasta.

 

SPBU milik pemerintah dua digit nomor awalnya: 31

SPBU milik swasta angka dua digit awalnya: 34

Kesimpulan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun