Oleh : Ansav
Suatu sore berlasar tanah basah selepas hujan aku bersimpuh di tepi kuburmu.
Tempat peristirahatan panjang menanti semua ditetapkan.
Melihatmu dari dunia yang makin banyak debat dan pertentangan, cinta dan kasih sirna.
Aku datang dengan membawa segenap rindu.
Ingin bercerita panjang lebar tentang kejadian yang kualami selepasmu.
Jika sayup-sayup angin membisik apakah aku sudah melupakanmu, tentu saja belum.
Aku tidak meratapi sepanjang bulan ini, tidak pula melanggar garisan takdir yang memang harus dijalani setiap manusia.
Hanya saja tak ingin cepat berpisah dengan rasa menyenangkan yang kau tinggalkan.
Tak memberi ucapan perpisahan, tak ada pertemuan yang nyata.
Hanya menemuimu dalam tabir yang abadi.
Tak sempat bertemu.
Tak pernah mendengar suaramu.
Tidak pernah dan tak akan pernah.