Kau hilang tanpa berita, entah apa motifmu melakukan itu semua, tapi tak pernah ada kesan buruk kau berikan padaku. Aku cukup bersyukur akan kedatanganmu saat itu. Kau membuatku lebih mengenal momentum di dunia nyata. Tak lupa kau banyak mengajarkanku tentang bagaimana seharusnya aku memperlakukan orang lain.
Kau tahu, setiap halaman buku yang kubuka. Bayanganmu selalu timbul di setiap halamannya. Di setiap kata yang kubaca agaknya terngiang apa yang kau kata. Entah bagaimana kau selalu mengomentari apapun buku yang kubaca padahal itu pertama kalinya aku menyentuh buku itu. Kau memang penguntit ya, tahu betul dengan apa-apa yang kubaca.
Tapi aku tetap bertanya mengapa kau hilang tiba-tiba tanpa kata. Menghilang ditelan semesta. Kau seperti menghapus jejakmu dari bumi. Aku merindukan gangguanmu. Aku merindukan celotehanmu. Aku merindukan komentarmu. Aku merindukan keberadanmu di perpustakaan. Aku merindukan es krim cokelat yang biasa kumakan bersamamu. Aku merindukanmu.Â
Di sini, aku akan selalu merindukanmu. Aku berharap besar bisa menjumpaimu kelak. Kau tahu, banyak yang ingin aku tunjukkan setelah kepergianmu. Aku punya banyak kawan sekarang. Akupun sudah merilis 20 buku karyaku. Kupikir kau akan sangat terkesan atasku.
Sudah menjadi fakta bahwa perasaan kehilangan sungguh akan terasa semakin kuat ketika kita benar-benar mengalami kehilangan. Maka, hargailah setiap apa yang dalam genggaman sebelum ia hilang dari genggaman. Entah hilang atas kehendak Tuhan atau menghilang karena inginnya.