Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Sang Saksi Bisu

19 September 2020   17:24 Diperbarui: 19 September 2020   17:27 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oleh : Edfitri Muflihatusyawal

Harum buku semerbak memenuhi paru-paruku. Aku selalu jatuh cinta dengan buku. Karena padanya selalu ada dirimu yang menjadi halaman lain dari buku yang kubaca. Aku lebih suka bercengkrama dengan buku daripada berbicara kepada manusia. 

Manusia terlalu kompleks menurutku, tak bisa aku generalisir begitu saja. Mengingat aku yang mudah saja menjalin komunikasi dengan siapapun bahkan orang baru, namun kawan manusiaku bisa dihitung jari. Sisanya sebatas orang yang kutahu saja tanpa mengenal. Lagi pula aku tak peduli,aku punya duniaku sendiri.

Senja itu di sebuah ruang terbuka aku sedang bercumbu dengan buku "Gelombang Lautan Jiwa" milik Anta Samsara. Kau datang secara tiba-tiba memecah konsentrasiku.

"Kau tahu, aku sempat mengalamai apa yang ia ceritakan dalam buku itu," katamu. Aku mengerutu dalam hati atas kehadiranmu yang menyebalkan itu. "Ya, meski tak semuanya. Hanya sebagian daripadanya," sambungnya. "Tapi aku pun tak setuju orang yang psikisnya tidak sehat malah diserahkan kepada jin," lanjutnya.

Terserahlah jinmu itu. Aku muak denganmu. "Kau gila!" sembari mengungkapkan kata-kata tersebut. Sembari merapikan barangku akupun beranjak, ingin segera pergi menjauhi gangguanmu. 

Syukurlah kau tak mengikutiku. Gila saja bila kau melakukan itu. Tapi entahlah, apa aku melukai hatimu? Masa bodoh, lagi pula aku tak mengenalmu. Dasar manusia aneh sok kenal.

Dalam satu minggu penuh kau selalu datang menggangguku. Hingga keesokan harinya, hening. Kau menghilang. Akhirnya ketentramanku kembali sehingga aku dapat berkonsentrasi penuh terhadap bukuku. Tak nampak keberadaanmu hingga larut malam. Hey tunggu! Apa aku mencari keberadaanmu?

Keesokan harinya barulah kau kembali menyambangiku. Seperti biasa kau menggangguku. Hingga hari-hari berikutnya kau benar-benar menjadikan kegiatan menggangguku dengan bisingmu itu menjadi rutinitasmu. Ruang perpustakaan beserta buku dan rak-raknya menjadi saksi bisu atas kehadiranmu yang memuakkan. 

Kau datang dengan teori-teorimu yang di luar nalar. Apalah buku yang kau baca sehingga terus mengoceh tentang konstelasi semesta. Kau terus mengoceh sendiri, aku mencoba untuk fokus saja dengan bukuku. Aku mencoba mengabaikan kata-kata yang kau keluarkan dari rongga mulutmu.

Aku sudah pindah tempat duduk namun kau tetap saja mengikutiku. Suaramu sungguh terngiang sampai kemana-mana. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar perpustakaan karena 30 menit lagi kelasku akan dimulai. Aku berlalu meninggalkanmu tanpa sepatah katapun. Untungnya kau tak mengikutiku lagi dengan cara yang memuakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun