Oleh: Shella Aries Tantia Yusuf
Pagi menuju petang, langit membawa mendung kemudianseketika elegi pagi menemanisayup kabut menorehkan keteduhan yang syahdu
membawa gigil dan kelabu
pandangan seketika abu-abu
terlebih perihal hubungan
berjarak
aku pergi demi mengejar cita-cita
aku pergi untuk kembali karena cinta
terdengar bahagia perihal keseriusan yang pernah kita bincang
aku menumbuhkan percaya
sementara kamu menorehkan luka
seketika sayup senja bergelayut manja
malam kian larut kian sepi
angin berhembus seakan ku tak peduli
di sesi satu purnama antara ujung sumatera dan salah satu negara bagian Eropa
bukan, ini bukan tentang rangga dan cinta
ini tentang aku dan kamu yang gugur sebelum sah menjadi kita
ternyata kamu mendua saat kita saling ditemani jarak
mendung, kelabu mengepung
hatiku redup
seketika pandanganku kuyup tersebab tetesan yang tak bisa kubendung
dulu hati kita terukir nama satu sama lain
seketika ukiran itu hilang bak tersambar petir yang kamu ciptakan bersama wanita lain
saat kutanam benih percaya, cinta dan sayang
nyatanya sekarang aku petik dengan dusta, luka, serta air mata tanpa bahagia
tega atau sengaja
kamu terlena,
aku merana
kita sudahi saja semua
aku berakhir penuh dengan curam luka
sementara kamu akhiri dengan dangkalnya bahagia
aku berakhir dengan penuh danau air mata
sementara kamu akhiri begitu saja dengan berenang ke dalam lautan nafsu semata
anggap saja kita dulu hanya jadi butiran debu yang terhapus angin waktu
jangan menggangu, tak kan kuharap padamu
luka ini akan aku rawat sendiri
meski berkali-kali kususah sadar diri
tak perlu disesali pun diratapi
Tuhan maha baik
memberi bukti bahwa selama ini bukan kamu yang pandai menjaga hati pun bukan yang pantas aku cintai