Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hassan bin Ahmad

9 April 2020   06:33 Diperbarui: 9 April 2020   09:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Hakam Ikrom Rozzak

Hassan Bandung, sebutan bagi seorang mujaddid pada Abad Ke-20 Masehi di Indonesia. Nama aslinya ialah Hassan Bin Ahmad, Beliau lahir di Singapura pada tahun 1887 Masehi. Ayah beliau bernama Ahmad yang menjadi pemimpin surat kabar "Nurul Islam" yang terbit di Singapura. Ayah beliau menikah dengan wanita yang bernama Muznah di Surabaya. Yang saat itu ayahnya pergi kesana dalam rangka berdagang. Sejak kecil Hassan antusias dalam mempelajari ilmu agama kepada beberapa gurunya, yaitu belajar nahwu dan shorof kepada Muhammad Thaib kemudian setelah beberapa lama pembelajaran tersebut pindah kepada Said Abdullah Al Musawi, ia juga pernah belajar ilmu agama kepada Syekh Hassan (Seorang asal Malabar) dan Syekh Ibrahim kira -- kira sampai Hassan berumur 23 tahun.

Pada tahun 1921 Hassan pindah ke Surabaya untuk berdagang mengurus sebuah toko milik paman dan gurunya Abdul Lathif di kota tersebut. Di kota tersebut banyak hal yang berubah dalam diri Beliau. Beliau sempat bimbang terhadap pemikiran agamanya, dikarenakan pada saat itu terjadi perbedaan pemikiran antara Kaum Muda dan Kaum Tua. 

Perselisihan dalam masalah hukum membaca "ushalli" maka ketika ditanya oleh A. Wahab Hasbullah (salah seorang pendiri NU) kepada Hassan menjawab sesuai pengetahuannya bahwa hukumnya "Sunnah". Dijelaskan hak itu berkaitan perbedaan antara Kaum Tua dan Kaum Muda tentang hukumya. Maka saat itu Hassan semakin giat dalam belajar agama dan beliau akan berjanji untuk mencarinya dalam Al Qur'an dan Al Hadits. Di Surabaya beliau berkenalan dengan tokoh -- tokoh Kaum Muda diantara ialah Faqih Hasyim, yang sempat diberitahukan kepadanya agar tidak dekat dengan Faqih Hasyim oleh A. Wahab Hasbullah.

Saat Perdagangan di Surabaya mundur, toko tersebut diserahkan kembali pada Pamannya, dengan inisiatifnya Bibi Wantee menyuruh Hassan tuk belajar tenun di Bandung dan setelah itu Hassan akan kembali lagi ke Surabaya. Pada tahun 1924 ia berangkat ke sekolah tersebut. Dalam masa belajarnya ia tinggal di rumah Keluarga Mahmud Yunus yang merupakan salah satu pendiri Persatuan Islam. Hingga akhirnya ia bergabung ke Persatuan Islam sekitar tiga tahun setelah didirikannya organisasi tersebut yakni pada tahun 1926. 

Dalam masa bergabungnya ke Persatuan Islam ia memimpin kelompok diskusi keagamaan yang di ikuti oleh para pemuda dan diantara muridnya ialah Muhammad Natsir yang sudah kita kenal tentang beliau. Kemudian setelah sekilan lama di Bandung, Hassan diminta untuk kembali ke Surabaya dikarenakan Bibi Wantee mengasihi kehidupan Hassan saat di Bandung. Namun ia tak jadi ke Surabaya dan dapat tempat yang lain yaitu di Bangil, kemudian Pesantren yang ia pimpin di bandung akan dipindahkan ke Bangil. Sebagian muridnya ikut untuk pindah dan jumlah mereka 25 orang. Sebagian pengurus juga ikut pindah diantaranya Muhammad Ali Al Hamidy. Selama kurang lebih 1 tahun di Bangil pada tahun 1941 ia membuka pesantren bagi putri.

Hassan bin Ahmad atau di kenal dengan Hassan Bandung ini kerap kali berpolemik dengan orang -- orang yang berlawanan dengan jalan pemikirannya. Diantara perdebatan yang dilakukan Hassan Bandung ialah;

1.Perdebatan dengan kelompok Ahmadiyah yang di wakili oleh Rahmat Ali dan Abu Bakar Ayyub yang di lakukan sebanyak tiga kali; dua kali di Jakarta dan satu kali di Bandung pada tahun 1930
2.Kaum Tua, tentang masalah -- masalah taqlid dan bid'ah
Antara Lain :
1.Ittuhadul Islamiyyah, Sukabumi (K.A Sanusi)
2.Majlis Ahlus Sunnah, Bandung
3.Nahdhatul Ulama di Cirebon tahun 1932 (H. Abdul Khair) dan di Bandung tahun 1935 (A. Wahab Hasbullah) dan di Gebang tahun 1936 (Masduqi)
3.Permi (Persatuan Muslim Indonesia), tentang islam dan kebangsaan. Dilakukan secara tertutup dan dipihak lain diwakili oleh Mukhtar Luthfi
4.Atheis, seorang yang bernama M. Akhsan dari Malang yang diadakan di Gedung Al Irsyad Surabaya.

Sosok Hassan Bandung dikenal bukan hanya sebagai ahli debat, sebagai bekas jurnalis ia juga dikenal sebagai penulis produktif. Selama hidupnya, ada 81 judul buku yang ia tulis. Karya terbesarnya adalah tafsir Quran Al Furqan yang terbit pada 1928. Beliau meninggal di Surabaya, 10 November 1958 pada umur 70 tahun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun