Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

90% Pelajar Indonesia Belum Menguasai Matematika dengan Baik, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

25 Agustus 2019   14:19 Diperbarui: 25 Agustus 2019   14:26 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1(Sumber: Penulis)

Matematika adalah olahraga pikiran, semua orang tau teori bagaimana cara berlari, melempar bola, voly, sepakbola. Namun tidak semua orang bisa jago olahraga-olahraga itu kan? Apa kuncinya? Latihan.   Sudah gag ada alasan lagi buat generasi Y dan Z untuk tidak unggul dalam matematika, kemudahan informasi saat ini adalah peluang besar untuk kita mengejar ketertinggalan. Aku yakin kamu pasti bisa.


2. Sebagai guru


Guru menjadi ujung tombak untuk menjadikan pelajar-pelajar menjadi mencintai matematika. Hendaknya para guru harus memiliki motivasi yang kuat agar pelajar Indonesia menjadi menyuka, mencintai dan menguasai matematika. Guru menjadi titik penting, karena sudah menjadi rahasia umum banyak anak yang membenci matematika karena guru matematikanya itu sendiri.

Matematika itu bukan sekedar angka dan perhitungan semata, semua orang yang berkecimpung dalam dunia matematika paham akan hal tersebut, namun tidak semua guru dapat menyampaikan hal itu dengan baik. Tidak semua anak memiliki kemampuan untuk menelan konsep-konsep abstrak dalam matematika secara mentah-mentah, ada yang meminta aplikasinya dalam kehidupan nyata, ada juga anak yang memang sudah putus asa terhadap matematika.

Guru dituntut kreatif, sabar dan ikhlas untuk menggembleng pelajar dalam pemahaman matematika. Guru juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran matematika sudah menjadi keharusan pada masa sekarang. Pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan adalah hal yang paling disukai siswa, apalagi materi pelajaran matematika. Oleh karena itu mari berubah menjadi guru matematika yang bisa menjadi ujung tombak yang mumpuni dalam bidang matematika.


3. Sebagai pemegang kebijakan


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sudah dan harus terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dimulai dari meningkatkan kualitas tenaga pengajar, meningkatkan fasilitas pendidikan dan pemerataan pendidikan. Khusus untuk peningkatan prestasi peserta didik, penyempurnaan kurikulum hendaknya tidak selalu diwujudkan dengan perubahan kurikulum, karena seringnya perubahan kurikulum akan membuat siswa dan para tenaga pendidik justru fokus pada perubahan sistem akibat perubahan kurikulum tersebut.

Kurikulum 2013 sebenarnya sudah cukup untuk membawa pelajar Indonesia memperoleh ilmu yang seluas-luasnya terkhusus penguasaan matematika. Salah satu kunci keberhasilan pembelajaran matematika adalah kreatif dan inovatif, pemerintah seharusnya dapat menyediakan fasilitas atau sumber ilmu pengetahuan yang beragam terkhusus untuk metode -- metode dalam pembelajaran matematika. Setiap pelajar pasti mampu menguasai matematika dengan baik, namun dengan cara yang berbeda-beda, tergantung karakteristik pelajar tersebut.  


4. Sebagai orangtua dan masyarakat


Pencapaian prestasi seorang anak, sangat dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungannya. Menjadi sangat susah untuk seorang anak dapat berprestasi tanpa lingkungan yang mendukung. Akan menjadi hal yang sia-sia jika seorang pelajar dididik dengan baik di sekolah namun ketika di rumah justru diberikan kebebasan sebebas-bebasnya. Jangan buat suasana sekolah layaknya penjara, yang ketika mereka pulang dari sekolah serasa keluar dari hotel prodeo. Sampai di rumah, anak hendaknya tetap dibimbing untuk belajar, menyediakan fasilitas dan waktu belajar yang cukup. Jangan biarkan mereka terlena oleh gadget-nya, jangan biarkan mereka terlena oleh teman sepermainan mereka. Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak kita.

Selain orangtua, orang-orang di sekitar mereka juga sangat mendukung, termasuk masyarakat secara umum.  Membiarkan anak dalam usia pelajar bermain game hingga larut malam, atau bermain di waktu jam belajar sama saja dengan tidak peduli terhadap pendidikan anak tersebut. Masyarakat juga masih banyak yang menyediakan fasilitas yang melalaikan pelajar, seperti warung game online, tempat nongkrong, atau fasilitas lainya yang akan membuat minat belajar anak menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun