Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta, Why Not?

24 Agustus 2019   19:36 Diperbarui: 24 Agustus 2019   19:37 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh :Muhammad Ghifari  

"Inikiah namanya cinta, oh inikah cinta
 Cinta pada jumpa pertama
 Inikah rasanya cinta, oh inikah cinta
 Terasa bahagia...saat jumpa dengan dirinya"

Demikian lirik sebuah lagu yang berjudul "Inikah Cinta" yang sampai saat kini, telah banyak dicover oleh penyanyi solo atau individu, band, bahkan juga boyband dsb. Terdapat hal yang sangat menarik jika kita lihat lirik lagu tersebut. Coba kita perhatikan kalimat "Cinta pada jumpa pertama" dan kalimat terakhir "terasa bahagia...saat jumpa dengan dirinya". Dari lirik tersebut dapat kita pahami bahwa cinta itu bisa tumbuh atau muncul saat "pertama jumpa" dan kebahagian --dari cinta- bisa kita dapatkan dengan "berjumpa dengan dirinya".

 Dari asumsi saya hendak mencoba untuk menarik ke dimensi teologi. Di mana kita yakin bahwa sesorang yang pertama kita temui adalah "Allah SWT" sebagai tuhan. Maka seharusnya cinta pertama kita dan bahkan yang paling utama adalah kepada Allah SWT (tuhan). Hal ini, sebagaimana firman-Nya :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi  mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):  "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami),  kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu  tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang  lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." (Q.S Al-Araf : 172)

Berdasarkan ayat ini, dalam konteks cinta itu bisa tumbuh atau muncul saat "pertama jumpa". Dengan demikian  naluri cinta pertama kali hanya pantas ditempatkan kepada Allah SWT karena dia sang maha cinta dan pencipta cinta. 

Dalam konteks cinta- bisa kita dapatkan dengan "berjumpa dengan dirinya", maka bagi seorang muslim cinta kepada Allah akan sangat terasa jika dipertemukan dengan-Nya. Oleh karena itu, kita mengenal istilah orang khusyuk yaitu orang yang mengharapkan bertemu dengan Rabb-nya (Q.S Al-Baqarah : 46). Bertemu dengan sang maha pencipta merupakan nikmat besar. Allah SWT befirman :

"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri". (23.) "Kepada Tuhannyalah mereka melihat" (Q.S Al-Qiyamah: 22-23). Ibn Katsir (2004:176) mengomenatri ayat ini sebagai nikmat tambahan yang besar. Hal ini, karena cinta yang bertemu dengannya terasa bahagia sampai dijelaskan dengan wajah yang bersinar dan bergembira.  

Demikianlah gambaran sederhana cinta dalam konteks "pertama jumpa" dan kebahagian --dari cinta- bisa kita dapatkan dengan "berjumpa dengan dirinya". Namun cinta tidak hanya dibatasi oleh itu saja. Hal demikian bisa kita klasifikasikan sebagai tanda atau penghubung cinta. Maka perlu kita fahami dulu bahwa berbicara cinta itu, sangatlah luas dan butuh kajian mendalam. Oleh karena itu, tulisan ini hanya memberikan tetesan pena dari kajian mengenai kata "Cinta".

 Sebagaimana yang kita ketahui bahwa istilah "cinta" sudahlah tidak asing didengar oleh telinga kita masing-masing. Mulai dari filsuf, cendikianwan, saintis bahkan juga ulama. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk menggungkapkan berbagai rahasia makna dari istilah ini.  Sebagai contoh misalnya Ibn Qayyim Al-Jauziyyah (2004 : 27) dalam karya yang monumental mengenai cinta yaitu Raudhatul Muhibbn wa Nuzhat Al-Musytqin menyebutkan sekitar 60 nama untuk cinta. 

Di mana masing-masing nama bagi cinta, memiliki makna yang begitu dalam. Dalam ilmu Psikologi, Sternberg R.J (dalam Indriastuti & Nawangsari, 2014 : 152) mengistilahkan dengan teori cinta segitiga (the theoy of love) yaitu intimacy, passion dan commitment. Tidak hanya sampai disitu realitanya kajian cinta ini tergantung aspek mana yang ingin dikaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun