Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ia Tak Akan Sakit Lagi

22 Agustus 2019   00:06 Diperbarui: 22 Agustus 2019   00:09 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://northpennnow.com

Oleh: Wanda

Awal bulan lalu lahirlah seorang bayi perempuan mungil di sebuah rumah sakit bersalin, perjuangan seorang ibu bertaruh nyawa pun digadaikannya diruangan itu. Sakit yang ia rasakan dipertaruhkan demi anaknya sang harapan. 


Beberapa dokter mulai berdatangan memasuki ruangan, lampu operasi segera dinyalakan, tangannya memintaku untuk selalu menggenggam, keringat dingin bercampur menjadi satu, tangannya hangat kurasakan. Sebagai seorang suami aku hanya mengernyit ikut merasakan perjuangan.


Sekitar satu jam persalinan berjalan lancar, harapan demi harapan terlontar dari keluarga yang hadir mengantar.
Namun tak sama sekali jerit tangis bayi terdengar, yang membuat aku dan sebagian keluarga ikut cemas. namun aku tak memikirkan itu terlalu larut, yang terpenting istriku berhasil diselamatkan dan bayiku lahir dengan sehat. Itupun suatu kesyukuran yang sangat luar biasa bagiku.


Tiba-tiba saya dipanggil ke ruangan dokter
"Pak, anak bapak mengalami down syndrome, yang mana kelainan ini terjadi di bagian otak anak bapak"ucap sang dokter dengan nada berhati hati
Seketika rasanya badai besar menghujam kepalaku, energi yang kupakai untuk menguatkan istriku selama persalinan kini hanyalah tinggal kepingan, ingin kumaki diriku sendiri, apa dosa yang membuat anakku mengalami seperti ini, rasanya harapan harapan besar yang kubuat hancur sedetik setelah kutau keadaan sebenarnya.
"Astaghfirullahal adzim"ucapku lirih
"Tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk anak bapak"dokter meyakinkan
"Lakukan yang terbaik dok!"pintaku
Keluar dari ruangan aku seperti berjalan tanpa tahu arah, kulewati bangsal demi bangsal ingin kutemui anakku yang masih di ruang bayi.
Kupandangi wajahnya, kuelus rambutnya, kubisikan harapan harapanku padanya berharap ia mampu merasakan apa yang ada didalam dadaku yang semakin bergetar ini.


Tak kuasa aku memberi tahu istriku perihal bayi kami, aku tak ingin ia mengalami sakit yang berlipat, terlebih ia baru saja menjalani persalinan.
Dua minggu kemudian ternyata bayiku divonis mengalami atresia deodenum, yaitu kelainan bawaan lahir yang terjadi di pencernaan, istriku terus menangis melihat bayiku yang tidak bisa mengeluarkan kotoran dari anus sehingga ia memuntahkan cairan berwarna hijau, terlebih para tetangga yang ikut membicarakan dan terus menghakimi istriku.
Dengan berbagai kata-kata jahat yang menusuk hati kami.ini adalah cobaan dari tuhan, bukan karena kurangnya vitamin ataupun cek kesehatan lainnya,kalau pun itu sebabnya, mungkin para gelandangan dijalanan pun bernasib sama seperti kami, dan nyatanya tidak. hatiku sangat teriris rasanya kalau boleh memilih, aku ingin kesakitan itu aku saja yang merasakan.bayiku selama satu minggu dipuasakan, mulut kecilnya terus menghisap selang yang dipasang di mulutnya, bibirnya kian mengering, izinku pada suster untuk memberinya madu pun tak diperbolehkan, tubuh yang mungkin hanya tinggal tulang dan kulitnya saja berhasil menghancurkan hatiku ketika melihatnya.
"Nak...yang sabar ya..cepet sembuh, nanti kita pulang ya,,,beli boneka yang dede mau"ucap istriku sambil menggendongnya
Hari ini aku akan berkonsultasi dengan dokter bedah, semoga ada penanganan yang terbaik untuk anakku
"Pak, satu satunya jalan adalah operasi, namun kami tidak bisa menjamin apabila setelah ini akan sembuh total"ucap dokter menegaskan
"Lakukan yang terbaik dok"ucapku
Hanya itu yang mampu kukatakan, berharap penanganan yang terbaik tanpa terkecuali
Bisa dibayangkan betapa teriris hati ini, anak sekecil itu harus menjalani operasi. Siapapun yang mengalami pasti tak akan sampai hati  melihatnya.
"Bismillah semoga allah berikan yang terbaik ya pak, bu" ucap sang dokter sebelum memasuki ruang operasi
Aku terus memeluk istriku yang hanyut dalam isakan tangisnya, dzikir yang terus ku ucapkan tak henti-hentinya terucap
"Ya allah, permudahlah urusan kami, sehatkan anakku "
Tiga jam berlalu, operasi masih belum juga selesai, cemas, takut dan perasaan buruk terus menghantui.
Sampai aku terus menguatkan diri apabila kabar buruk itu datang menimpaku dan istri.
Tiba tiba para tim keluar dari ruangan, senyum dari dokter mengagalkan curigaku
"Alhamdulillah pak selesai, berhasil"kata dokter
"Alhamdulillah, terimakasih banyak dok"ucapku bersyukur
dokter memberikan hasil operasi anakku, potongan usus yang rusak, yang tak habis fikir mengapa bayi sekecil itu bisa mengalaminya.
Bayiku keluar dari ruangan, dengan berbagai alat masih menempel ditubuhnya.
Sehari setelah menjalani operasi, bayiku mengalami kemajuan mengenai pencernaannya, dan itu sudah membuatku dan istri bahagia.
Kulihat raut wajahnya pun kini membaik, ada secercah harapan yang kulihat diwajahnya. Dia terlihat cantik, persis seperti istriku.
Hari itu aku pulang kerumah, merasa keadaan sudah membaik dan suster pun mempersilahkan kami untuk pulang, karena bayiku sudah ada yang mengurus diruangan.


Tiba tiba pagi itu menjadi pagi yang sendu bagi kami, tak pernah terbesit bahwa duka akan menyelimuti rumah kami.
Lima panggilan tak terjawab dari suster rumah sakit, hatiku bergemuruh, kurasa ini tidak baik baik saja, kubangunkan istriku yang masih tertidur. Lepas sholat subuh kami bergegas ke rumah sakit.
Aku berlari melewati lorong demi lorong rumah sakit, sampai Kudapati didepan pintu seorang suster yang sedang memanggil namaku
"bayi ibu nayla "panggil suster cemas
"iya sus" jawab istriku menghampiri
"Maaf pak, bayi bapak sudah tidak ada"jelas suster
Aku yang ketika itu masih bisa berjalan kuat menggandeng tangan istriku kini tak sanggup lagi untuk berdiri, kami bersimpuh saling berpelukan, rasanya ini adalah kali pertamaku merasakan kehilangan yang sangat mendalam, baru saja kurasakan satu hari penuh harapan dengannya, kini senyummu hanya akan kutemui lagi disyurga wajah yang kini pucat pasi seakan menatapku penuh harap. Istriku hampir saja hilang kesadaran, kutau ini adalah kali pertamanya memiliki dan kehilangan, luka jaitan yang ada diperutnya masih terasa, beribu kata cacian ia lontarkan pada dirinya, beribu sesal ia katakan untuk memaki, merasa dirinya akar dari semua ini.
"Sabar ya bun" tegasku
"Ini semua gara gara bunda, gak jaga kehamilan"ucap istriku
"Enggak, bunda gak salah, Allah lebih sayang anak kita, bunda, ayah dan semua tim dokter sudah berusaha sekuat tenaga, tak ada yang harus disalahkan" ucapku seakan kuat
Rindu humaira, itulah nama yang kuberikan pada gadis kecilku, karena aku akan selalu merindukannya, tepat dua hari lagi adalah umurnya yang sebulan, mungkin Allah belum memberikan rasa sakit ditubuhmu, namun hati dan perasaan ini tak cukup kuat apabila kau masih bertahan bersama kami didunia. Tanganmu yang akan menarik kami disyurga, tangan yang merasakan perjuangan penuh tangisan untuk mempertahankanmu namun takdir jauh lebih kuat dan tau mana yang terbaik bagimu.
dan kini aku yakin ia lebih tenang dan tak akan merasakan sakitnya lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun