Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jurnalis Terhebat

3 April 2019   11:01 Diperbarui: 3 April 2019   11:07 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Rif'at Mubarok

Jika melakukan pencarian melalui mesin pencari digital jaman now (baca; Google), "siapakah jurnalis terhebat sepanjang masa?" Maka kita akan menemukan deretan nama-nama asing seperti; Robert  Capa, Henry Cartier-Bresson, Robert Frank, Dorothea Lange dan lainnya,  yang tak satu pun di antara mereka yang beragama Islam. 

Betulkah umat Islam tidak memiliki jurnalis yang menyejarah kehebatannya? Jawabannya adalah, umat Islam memiliki jurnalis yang lebih hebat dari deretan nama yang tertulis di atas. Siapakah mereka? Mereka adalah para ulama hadis.

Dalam ilmu mustolahul hadis,  semua pembahasan untuk menentukan keabsahan Hadits terbagi menjadi dua, yaitu ilmu diroyah dan ilmu riwayah. Ilmu riwayah  adalah ilmu yang membahas proses transmisi hadits dari Rasulullah sampai kemudian ke para sahabat kemudian ke pada para periwayat Hadits. 

Sedangkan ilmu diroyah  adalah ilmu yang membahas kandungan makna, hukum, dan segala apa yang dimaksudkan hadits yang diriwayatkan. Pada ilmu riwayah  itu lah prinsip-prinsip jurnalistik diterapkan dengan sangat baik melebihi nama-nama yang menyandang profesi jurnalis yang pernah ada di dunia.

Pada ilmu riwayat prinsip jurnalistik diterapkan pada kaidah 'ittisolu sanaad, dobtu ruwaat, 'adaalah ruwat. Yang dimaksudkan 'ittisolu sanaad adalah kesinambungan periwayatan hadits antara satu masa ke masa lainnya secara urut, sedangkan dobtu ruwaat  bersangkutan dengan ketelitian dan kekuatan ingatan periwayat, sedangkan 'adaalah ruwat  adalah kepribadian dari periwayat.

 Periwayatan suatu hadis  menjadi cacat tak hanya ketika proses transmisinya terputus, bahkan ketika ada masalah dengan kepribadian yang meriwayatkan, hadis yang diriwayatkannya pun terkena dampaknya.

Mengenai kepribadian periwayat hadis, hal ini mendapat perhartian yang luar biasa dari para 'ulama hadis itu sendiri. Seorang periwayat hadits  haruslah terjaga dari perbuatan buruk dan akhlaq tercela. 

Dalam kitab Taysiirul Mustolahil Hadis  karya  Mahmud Tohan, seorang periwayat hadis telah dianggap berdusta dan tidak lagi diterima hadisnya  ketika ia mengulurkan sebuah makanan kepada  hewan, kemudian menarik makanan yang diulurkan dengan maksud mengelabui dan mempermainkan hewan tersebut. Sudah tentu para jurnalis masa kini tak terlalu mengindahkan hal ini.

Jika kita cermati lebih lanjut kaidah-kaidah yang disebutkan di atas erat hubungannya dengan profesionalitas seorang jurnalis. Seorang jurnalis mestinya harus selalu menjaga validitas berita yang didapatkan dengan cara mencari dan mengejar sumber terpercaya, seorang jurnalis juga dituntut netral dan independen dalam memberitakan segala sesuatu, dan sangat dilarang untuk melakukan kebohongan publik. Itu semua diperlukan agar trust  pers tetap terjaga di hadapan netizen sebagai konsumen berita. Luar biasanya para ulama hadis mampu melakukan itu semua dan menjaga validitas Hadits  berabad-abad lamanya.

Bagaimana jurnalistik kita pada jaman ini? Pertanyaan yang hanya bisa dijawab sambil mengelus dada. Jagat jurnalistik pada jaman ini dipenuhi hoax yang tersebar di mana-mana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun