Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tekad

3 April 2019   09:00 Diperbarui: 3 April 2019   09:10 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi, bukan itu, bukan soal kekalahan yang aku khawatirkan, jauh dari itu ada hal penting yang ku khawatirkan, ada apa dengan Sebastian? Ada sosok yang berbeda terjadi didalam dirinya. Aku duduk tertunduk lesu, meneteskan air mata, tak kuasa menahan ini semua.

Seseorang datang menghampiriku, "Sudahlah, Karim, jangan bersedih lagi, kau adalah adikku yang paling hebat yang selama ini keluarga kita miliki. Jangan sampai hanya karena kekalahanmu ini, kau semakin benci dengan sahabatmu itu, Sebastian." Kakakku duduk tepat di sampingku sembari menepuk bahuku.

"Tapi, kak, semakin dia menang, semakin dirinya terbumbui oleh hawa nafsu kesombongan, bukankah itu adalah hal yang hina? Padahal selama ini kami berteman bahkan bersahabat dan bermain bersama tanpa adu mulut yang berarti." Mataku meneteskan air mata, tangisan seorang sahabat.

"Percayalah, Karim, kau pasti bisa mendapatkan sahabatmu kembali, hanya soal waktu, dia akan kembali menjadi sahabatmu yang dulu." Kakakku tersenyum manis melihatku, sungguh penjelasan yang dia utarakan selalu menenangkan hati.

"kau ingin mendengarkan sebuah kisah, Karim?"

"Ingin ku mendengarkannya sekarang kak, tolong ceritakan semuanya."

"Baiklah, sepertinya kau antusias sekali yaa mendengarkan kisah ini."

"Kau tahu, rintik hujan yang kau lihat pagi ini? Rintik hujan yang menghiasi angkasa?"

"Ya, aku tahu kak."

"Setiap tetes yang jatuh dari langit, setiap rintik yang turun ke bumi, ada yang peduli atas itu semua, kapan dia jatuh di atas genting, kapan dia jatuh di atas rumput, bahkan kapan dia jatuh tepat di atas mukamu, yaa ada yang peduli atas itu semua." Kakakku sembari melihat gerimis hujan menghiasi halaman rumah kami.

"Maka sepertinya kau sudah tahu maksudku, siapa yang peduli atas semua ini, Karim?" Dia menatapku, dengan tatapan ketulusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun