Mohon tunggu...
Nisa R
Nisa R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok dan Habib Rizieq; Bak Jus Apel dan Kesemek Berlabel Apel

18 Mei 2017   08:25 Diperbarui: 18 Mei 2017   20:35 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih jelas, jelas sekali  di ingatan saya potongan-potongan gambar saat Ahok, si Cina Manggar itu, bolak balik ke persidangan karena banyaknya kasus yang harus dihadapi. Dari kasus perang data Sumber Waras, Trans Jakarta, UPS, sampai yang terakhir, kasus perang akal sehat dan sentimen agama; penistaan agama.

Di tengah-tengah menjalani setiap prosedur hukum yang njlimet dan melelahkan, Ahok juga harus berhadapan dengan preman-preman Kalijodo, para penguasa Tanah Abang, penghuni bantaran kali, oknum-oknum berseragam nakal dan haters di lingkungan kerjanya, bahkan, dia harus berhadap-hadapan dengan partainya sendiri! Keluar dia dari partainya karena menganggap tunggangannya menyalahi idealisme awal. Ahok gila. Tak takut dia dimakan hidup-hidup sama orang-orang itu.

Lelahnya hari-hari Ahok tak hanya sampai di sana. Di pagi hari, rakyat Jakarta sudah menanti. Bukan untuk menyambut, mereka justru siap membawa aduan-aduan masalah. Ibu-ibu yang ngeluh susah bayar iuran sekolah, kokoh-kokoh yang konflik urusan tanah, pungli di makam-makam, Belum lagi kalau di rumah nyonya Vero lagi PMS. Apa gak mau meledak kepala Ahok? Tapi enggak, survive si ko Ahok melalui itu semua. Multitasker betul tu orang.

Apa yang membuat Ahok survive melewati itu semua? Apakah cukup dengan kemampuan multitaskingnya? Pastinya itu sangat mendukung keberhasilan dia menyelesaikan tuntutan pekerjaan-pekerjaanya. Tapi, lebih dari itu adalah semangatnya. Hampir di setiap rapat dia sampaikan petingnya bekerja jujur. Pentingnya bekerja memberikan pelayanan yang terbaik, pentingnya mengembalikan hak-hak orang banyak. Menjadi pelayan masyarakat dia katakan adalah kesempatan beramal dengan uang Negara.

Walaupun pada akhirnya, mendekamlah dia dipenjara. Kerja keras dan kerja benernya dia tak cukup bisa menyelamatkan dia dari kebencian atas nama agama. Umat Islam sudah kadung benci dan sakit hati. Habib besar Rizieq Shihab berada di garda depan dari pasukan pembenci Ahok. Saking membencinya, sang Habib mengumandangkan doa-doa terburuk dari yang terburuk bagi siapapun yang berKTP Islam tapi mendukung Ahok.

Terus Apel dan Kesemeknya mana? Belum…dibaca saja dulu.

Semenjak sang dosen mengunggah video pidato Ahok dengan judul yang teredit, Habib Rizieq maju memimpin pasukan untuk menumpas Ahok. Dia kemudian tercitra sebagai simbol paling nyata dari Islam. Ceramah-ceramahnya lantang, menggelegar bak petir yang menyambar-nyambar, mengumandangkan peperangan. Ekspresikan! Ekspresikan kemarahanmu umat Islam! Paksa, desak terus pengadilan untuk memenjarakan si Ahok b****** itu. Seperti biasa, bahasana penuh dengan sumpah serapah. Tapi tak apa-apa, itu patut untuk disematkan bagi musush Islam. Musuhnya, yang berarti musuh Islam.  Bahasa sumpah serapah yang keluar bebarengan dengan takbir, tahmid, tahlil, dan ayat-ayat suci sudah hal lumrah bagi sang Habib. Tapi tak apa-apa, kan itu ditujukan bagi hal-hal yang dibenci Islam. Dibencinya, yang berarti dibenci Islam.

Sampai….datanglah giliran sang Habib melewati ujian yang pernah Ahok jalani sebelumnya. Ada sekitar enam tuntutan untuk Habib. Tapi satu kasusnya yang paling menggelitik adalah dugaan hubungan gelapnya dengan jamaah pengajiannya.  Sejauh dari data chat WhatsApp yang terekspos oleh Anonymous, #baladacintarizieq bukanlah jenis hubungan yang mengharu biru bak cerita romance, tapi ini hubungan yang kental dengan syahwat dan nafsu birahi.  Tidak!!! Tidak mungkin sang panglima besar begitu cacat moralnya. Tentu fans berat Habib tidak akan semudah itu menerima rumoritu. Dia adalah representasi Islam yang begitu sempurna. Lihat dia begitu gagah berani mengobrak-abrik klub-klub malam, membantingi minuman-minuman beralkohol, menutup warung-warung makan yang buka di saat bulan Ramadhan, tak akan mungkin si Habib mulia seorang yang cabul!

Iya. Tak mungkin. Terlalu kecewa umat Islam dibuatnya nanti. Habibpun membantah, melalui pengacaranya,itu bukan dia di chat itu. Tapi ane tak mau pulang dulu. Ane mau ibadah tenang di tanah suci. Islam bangetkan ane. Komnasham tolong lindungi ane. Tolong datang ke Arab dan temui ane disini. Ini kriminalisasi ulama, yang berarti kriminilisasi Islam. Lagi-lagi, dia menggunakan asosiasi yang terus didengung-dengungkan, bahwa dia adalah Islam.

Nah disini…disinilah Apel dan Kesemek jadi muncul di kepala saya…

Islam adalah  atribut yang sangat lekat dengan Habib Rizieq, dan kata yang paling menghancurkan karir Ahok. Tapi di saat yang sama, bagaimana Habib Rizieq dan Ahok berlaku benar-benar mentwisting kata itu. Habib Rizieq dari segi tampilan, nama, trah keturunan, tak terbantahkan bahwa beliau adalah orang Islam. Setiap kain yang dia kenakanpun berbicara betapa dia sangat Arab. Dan Arab adalah kiblatnya umat Islam. Berarti dia sangat Islam. Begitukan logikanya? Sedangkan Ahok adalah antithesis keseluruhan semua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun