Mohon tunggu...
Lalu Abdul Fatah
Lalu Abdul Fatah Mohon Tunggu... Penulis -

Penulis, pengajar, & pejalan. Buku terbaru, kumpulan puisi "Ombak Oranye"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Hari Arsitektur Indonesia 2015

18 Maret 2015   11:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:29 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan Soeman HS, Pekanbaru, Riau karya arsitek Tri Handini

Tiap 18 Maret diperingati sebagai Hari Arsitektur Indonesia. Kami menduga, tidak semua pembaca mengetahui hal ini. Sebab, ia bukanlah hari-hari populer lainnya, yang sampai diberitakan secara luas atau bahkan menjadi tanggal merah dalam kalender kita. Meski sudah diakui oleh pemerintah, tapi bagaimana dengan masyarakat? Ketidakpopuleran Hari Arsitektur Indonesia ini bisa jadi karena arsitektur bukanlah hal ‘seksi’ di mata masyarakat. Seberapa banyak orang awam membicarakan arsitektur, langgam, fasad, jenis material, dan seterusnya? Bisa pula karena arsitektur masih dianggap milik kalangan tertentu saja, yang terbatas, dan eksklusif. Hal sederhana yang bisa kita cermati adalah, seberapa banyak orang kita yang menggunakan jasa arsitek untuk merancang rumah mereka. Kesan yang kerap mengemuka adalah jasa arsitek itu mahal. Demikiankah? Namanya peringatan, tentu fungsinya untuk mengingatkan manusia yang gampang lupa ini. Bisa juga untuk membuat orang yang selama ini belum kenal, akhirnya kenal. Dari perkenalan itu lantas berlanjut pada ‘hubungan’ yang lebih serius atau kebalikannya, berhenti di tengah jalan. Bagaimana biar tidak berhenti? Upaya mengenali secara terus-menerus perlu dilakukan. Tidak harus lewat hal-hal berat. Justru, mengenal itu bisa melalui cara-cara yang menyenangkan. Membaca tulisan-tulisan yang ringan tentang warna, desain kamar anak, menata dapur, memilih furnitur, atau membikin taman dalam rumah adalah beberapa di antaranya. Bagaimana memilih roller, wallpaper, lampu gantung, dan detail-detail kecil untuk dekorasi rumah lainnya juga adalah beberapa cara sederhana yang dekat dengan arsitektur. Jadi, anggapan bahwa arsitektur itu sesuatu yang eksklusif, tinggi, dan terpisah dengan kehidupan kita sehari-hari, sungguh tidak tepat. Dari hal-hal minor semacam di atas, lantas perkenalan itu bergerak ke arah yang lebih ‘dalam’ dan ‘berisi’. Anda tentu senang mengetahui bahwa karya para arsitek kita dikenal oleh dunia. Contoh kecilnya baru-baru ini. Perpustakaan Soeman HS di Pekanbaru, Riau, yang didesain oleh Tri Handini, memenangkan The Fist Best Architectural Design dalam Citation of Excellent Architectural Design Reflecting East Asian Identity se-ASEAN. Bangga, bukan? Lebih-lebih arsiteknya adalah perempuan. [caption id="" align="aligncenter" width="580" caption="Perpustakaan Soeman HS, Pekanbaru, Riau karya arsitek Tri Handini"][/caption] Lantas, jika Anda pengagum Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), dan Abdullah Azwar Annas (Bupati Banyuwangi), Anda boleh tambah salut. Apa pasal? Mereka dinobatkan oleh Majalah Tempo sebagai Tokoh Arsitektur 2014. Anda tentu tahu kalau tahun ini kita akan memasuki era Masyarakat Ekononomi ASEAN. Tidak hanya aspek ekonomi yang terlibat di sini. Justru banyak segi yang dilibatkan dalam tataran lintas batas negara. Arsitektur, salah satunya. Nanti, arsitek dari negara-negara ASEAN bisa membuka praktiknya di Indonesia. Arsitek Indonesia pun demikian, bisa berpraktik di negara Singapura atau Thailand, misalnya. Tentu saja, kita tidak ingin jadi sekadar penonton, bukan? Hanya sekadar jadi pengagum dan pengeluar ungkapan “Wow! Keren! Bagus!” dan seterusnya terhadap hal-hal megah yang dibangun oleh orang lain. Sementara kita tidak menyuplai diri dengan informasi dan pengetahuan yang memadai, bagaimana idealnya arsitektur itu. Kerap dibilang, arsitektur bukan semata keindahan, tapi fungsional juga penting. Bangunan bagus kalau tidak nyaman dipakai oleh pemiliknya, tak ubahnya seperti memakai gaun mewah di sebuah pesta, namun bikin Anda tidak percaya diri. Arsitektur itu bukan melulu hal yang ribet, kok. Justru dengan kepekaan dan ketajaman hati Anda, hal-hal kecil semisal noda di tembok, kolam yang tenang, atau mainan LEGO bisa membuat Anda terkagum-kagum dengan dunia arsitektur. Arsitektur itu tidak jauh. Ia justru dekat, bagian dari keseharian kita. Tulisan ini juga dipublikasikan di Rooang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun