Mohon tunggu...
Lady Eka
Lady Eka Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Saya Ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menikah: Sebaiknya Perawan

3 Agustus 2010   07:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nabi Muhammad Saw, menganjurkan umat Islam untuk menikah dengan wanita-wanita yang perawanatau gadis (al-Abkar) daripada janda, berikut diantara hadith dan sebab turunnya hadith tersebut.

1.Teks Hadith

أَخْرَجَهُ الْإِمَامْ أَحْمَدْ وَ أَصْحَابُ الْكُتُبُ السِّتَّةَ سِوَى التِّرْمِذِى عَنْ جَaابِرْ إِبْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "فَهَلاَّ بِكْراً تُلاَعِبُهَا وَ تُلاَعِبُكَ وَ تُضَاحِكُهَا وَ تُضَاحِكُكَ..."

Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Imam pengarang Kutub al-Sittah, kecuali al-Tirmidhi, dari Jabir ibn ‘Abdillah ra., ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Mengapa kamu tidak menikah dengan gadis, kamu bermain dengannya dan ia bermain denganmu, kamu bersenda gurau dengannya dan ia bersenda gurau denganmu.”

2.Asbab Wurud al-Hadith

كَمَا فِي مُسْلِمِ –عَنْهُ قَالَ : كُنَّا فِي مَسِيْرِ مَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ أَنَا عَلَى نَاضِحِ, إِنمَّاَ هُوِ فِي اَخِرِيَاتِ النَّاسِ. فَضَرَبَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ نَخْسُهُ اَرَاهُ بِشَيْءٍ كَانَ مَعَهُ, قَالَ : فَجَعَلَ بَعْدَ ذَلِكَ يَتَقَدَّمُ النَّاسِ يُنَازِعْنيِ حَتَّى إِنِّي لَأَكْفَهُ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُتْبِيْعِهِ بِكَذَا وَكَذَا وَاللهُ يَغْفِرُ لَكَ؟ قَالَ: قُلْتُ نَعَمْ, قَالَ: ثَيْباً أَمْ بِكْراً؟ قَالَ: قُلْتُ ثَيْباً. قَالَ: فَهَلاَّ بِكْراً تُلاَعِبُهَا وَ تُلاَعِبُكَ وَ تُضَاحِكُهَا وَ تُضَاحِكُكَ...".

Hadith ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, dan pengarang Kutub al-Sittah, kecuali Imam al-Tirmidhi. Sebagaimana disebutkan juga dalam Muslim, dari Jabir ibn ‘Abdullah, ia berkata: “Suatu ketika, kami sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah Saw, dan usiaku mencapai kematangan, dimana usia ini dikatakan akhir dari masa membujang. Kemudian Rasulullah Saw, memberiku semangat dan motivasi untuk menikah. Beberapa waktu kemudian orang-orang mendahuluiku menikah, sehingga aku tertinggal. Rasulullah Saw bersabda: ”Ikutilah dia dengan ini dan ini (menikah), dan Semoga Allah Swt, mengampunimu.” Aku menjawab, “Ya”. Rasul bertanya, “Janda atau perawan?”. Aku menjawab, “Janda”. Kemudian Rasulullah berkata, “Mengapa kamu tidak menikah dengan gadis, kamu bisa bermain dengannya dan ia bermain denganmu, kamu bersenda gurau dengannya dan ia bersenda gurau denganmu,”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwaRasulullah Saw, sepulang dari Perang dhat al-Riqa’ bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, Sudah, Ya Rasul. Beliau bertanya, “Janda atau perawan?”Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra bersamanya? Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak wanita. Karena itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda,Engkau benar, insya Allah.

3.Fiqh al-Hadith

هَلاَ يَطْلُبُ بِهَا حُصُوْلُ النِّسْبَةِ, وَلِهَذَا إِمْتِنَعِ هَلْ عِنْدَكَ عُمُرْ وَ أُمُّ بَشَرْ بِالْإِتِّصَالِ دُوْنَ الْإِنْقِطَاعِ, ذَلِكَ يَنْشَاءُ عَنِ الْأَلِفَةِ التَّامَّةِ. فَإِنَّ الثَّيْبَ قَدْ تَكُوْنُ مُعَلَّقَةُ الْقَلْبِ بِالزَّوْجِ الْأَوَّلْ فَلَمْ يَكُنْ لَهَا مَحَبَّةً كَامِلَةً بِخِلَافِ الْبِكْرِ.

Hadith ini mengajarkan untuk berusaha mendapatkan sandaran dalam hidup atau keturunan. Dengan menikah kita bisa menjalani kehidupan bersama dan tidak berpisah. Karena pernikahan akan membentuk rasa kasih sayang yang sempurna. Seorang janda, ia telah memiliki hubungan atau ikatan hati yang kuat dengan suaminya yang pertama, sehingga cintanya tidak bisa sempurna. Hal ini berbeda dengan gadis, rasa cinta yang tumbuh di dalam hatinya bisa sempurna.

Nabi Muhammad Saw, menganjurkan menikah dengan seorang wanita yang perawan atau seorang gadis, karena mereka yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah dibagi dengan orang lain, kecuali suaminya.

Menikahi gadis (wanita yang masih perawan) akan melahirkan cinta yang kuat dan mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi pada kasus seorang sahabat bernama Jabir.

Ibrahim ibn Muhammad ibn Kamal al-Din al-Shahir bi Ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Dimashqi, Al-Bayan wa al-Ta’rif fi Asbab Wurud al-Hadith al-Sharif, Cet.1, Juz.III, (Beirut: Maktabah al-‘Ilmiyah, 1983), 45.

Ibid., 46.

Ibid., 45.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun