Mohon tunggu...
lady  anggrek
lady anggrek Mohon Tunggu... Wiraswasta - write female health travel

Suka menulis, Jakarta, Blog: amaliacinnamon.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadilah Bintang Bersinar Terang Di Malam Hari

29 September 2019   23:17 Diperbarui: 29 September 2019   23:18 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam telah datang.  Resah menari kencang di dalam dada. Leher belakang Kamila terasa pegal. Gadis itu sering terbangun pada tengah malam. Selama 3 minggu ini ada berbagai perasaan dan pertanyaan yang Kamila khawatirkan. Dia memperhatikan jam dinding. Sekitar jam dua lebih.  Inilah yang sering saya terima. Perasaan yang kacau dan tidak jarang berpikir buruk. Terkadang pikiran saya kosong dan gelisah temani setiap hari. Aku melihat jam lagi. Mungkinkah  aku  tidak berarti di dunia ini?

Kamila berdiri dari tempat tidur berjalan mengambil segelas air putih di atas meja belajar.  Di sebelahnya ada rak kaca rias ukiran kayu. Menatap dirinya kenakan kaus merah dan celana panjang biru. Terlihat di depan kaca seorang gadis dengan kedua bola matanya suram serta wajahnya pucat. Gelisah merasukiku. Lidahku kelu ditemani malam dingin membalut jiwa. Tentang pertanyaan dan harapan keluarga untuk diterima di sana. Lelah berkepanjangan menyusuri malam ini. Apakah saya dapat diterima ujian masuk Universitas?  Sepertinya semangatku telah berlalu dan memilih tiada.

            Keesokan harinya Bude Sukma bertanya kepadanya. "Bagaimana hasil ujian masuk Universitas?" Tanyanya. Dia sedang duduk di meja makan. Kacamata dikenakan. Wajahnya tampak resah. Kamila terdiam dan sedih. Lidahnya kaku. Bingung harus menjawab bagaimana. Lalu ia berkata, "Saya telah gagal." Kamila gelisah. Wajah Bude kesal. Kedua matanya melotot dan amarah mulai terlihat.

 "Kamu itu bagaimana? Kenapa Kamila gagal?" Teriaknya. Gadis itu menjawab sambil menangis. Bingung apa yang harus dikatakan. "Kamu seharusnya bisa diterima. Karena tidak terlalu sulit bagimu. Dan kamu seharusnya bisa!" Balas Bude Sukma. "Kamu jangan menangis. Tidak ada gunanya menangis!" Tambahnya lagi sambil kedua tangannya memegang pinggang. "Saya minta maaf, Bude." Kamila berkata. "Saya sudah berusaha sebaik-baiknya. Kamila tidak ingin Bude kecewa juga dengan keluarga." Bude terdiam dan masih memandangku marah. Mas Surya tidak tahu harus berkata apa. Menatapku dengan tajam juga.  

Yang baru saja datang dari kuliahnya. Mendengarkan apa yang kami berdua bicarakan. Penyesalan dan kekecewaan menempati jiwa  Bude Sukma dan Mas Candra. "Bude, Kamila masih ada ujian masuk Universitas berikutnya pemberitahuan diterima masuk Universitas setelah satu bulan." Kataku. Mas Candra bertanya, "Kamu pilih ujian masuk Universitas mana?"  Tanyanya.

Mulutku berkata, "Universitas Atmajaya dan Universitas Trisakti." Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Sunyi di antara mereka berdua.  "Terserah kamu saja, Kamila. Bude sudah memberitahu tapi kamu tidak mau mendengarkan." Kata Bude Sukma sambil membaca koran. Tuhan, maafkan aku membuat mereka terluka. Sedih rasanya melihat mereka seperti itu. Telah gagal keinginanku masuk Universitas.

"Maybe there is a chance for her beside university." Kata Mas Candra. Ucap pelan bersama Bude Sukma. Saat Kamila menuju kamar. "It won't happen second chance for Kamila. she can do that. Why she can't?" Balas Bude. Wajahnya kesal. Ia sangat berharap Kamila, keponakannya dapat diterima di Universitas. Namun ternyata sebaliknya.

Kamila berdiri memandang foto almarhum Bapak.  Kesulitan yang sekarang aku lalui mengecewakan keluarga dan Bude Sukma. Kamila minta maaf, Bapak. Aku menangis dan kesalahanku ini apakah dapat aku lalui? Kedua bola mataku tampak sendu, wajahnya muram, kalut dan khawatir telah menyusuri jiwanya. Di dalam kamar Kamila terdiam berharap diberikan kesempatan lagi.  Seandainya Kamila berhasil masuk ke perguruan tinggi dia akan senang dan tidak membuat keluarga kecewa. Jika tidak diterima. Apakah  saya dapat menghadapinya? Ya Tuhanku, apakah saya adalah hamba yang selalu memberikan kegagalan dan kecewa bagi keluargaku?

Selama ini ada usaha dan doa namun sepertinya hanya harapan kosong. Bisikan-bisikan kemalangan menemani setia membayangi nasib buruk di hadapanku. Pilihan pertama Universitas Mercubuana telah gagal.

Berikutnya dua  Universitas lagi yaitu Universitas Atmajaya dan Universitas Trisakti.  Mengambil Jurusan Sastra Inggris. Hasil itu telah datang. Apakah saya adalah kekecewaan? Khawatir membalut jiwa dalam kegelapan. Jalan itu telah menghilang. Untuk meraih kehidupan lebih baik di masa depan. Berakhirlah masa depanku, harapan dan cita-cita. Apakah yang harus saya lakukan?

Sejak almarhum Bapak meninggal gadis itu tinggal bersama dengan Bude. Kakak perempuan almarhum Bapak. Bahkan Kamila masih berusaha beradaptasi dengan sikapnya yang kurang menyenangkan. Gampang marah dan terlalu mengatur. Sulit berkata tidak di depannya dan keras kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun