Melihat diriku di depan kaca
Bukan wajah lembut menari-nari kebahagiaan
Untuk orang yang kusayangi memandang wajahku suram setia
Lihatlah keluar rumah! Matahari bersinar terang menyelimuti bumi berkeliaran.
Tapi tidak dengan hatiku. Menghitam keruh telah lama bersarang kegelapan.
Ah, kaca! Oh, kaca! Siapakah dirimu ini?
Berjalan di atas api yang berkobar-kobar menggeliat pasrah kesedihan
Bertalu-talu menggebuk dengan kuat seakan kemalangan menemani
Diriku akankah berjalan kemana?
Hidupku bagaikan lembaran demi lembaran
Buku dengan sampul kusam berdampingan tiada
Kepada Sang Pencipta bergaung hamba pilu merintih bait- bait nestapa
Menjalani takdir yang telah ditentukan
Ah, lagi dan lagi. Menatap kembali bayangan diriku di depan kaca
Tiada kata terlambat untuk memulai perjalanan
Jati diri takdir kehidupan
Jakarta, 18 Juni 2017.