Mohon tunggu...
lady  anggrek
lady anggrek Mohon Tunggu... Wiraswasta - write female health travel

Suka menulis, Jakarta, Blog: amaliacinnamon.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kura-kura yang Tidak Lagi Bernyanyi

16 Januari 2019   12:54 Diperbarui: 16 Januari 2019   12:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://entertainment.analisadaily.com

Anggraeni termenung. Bahkan kata-kata Ibu Indah selama mata pelajaran Biologi menjauh dari dirinya. Suara yang terdengar masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri. Yang dipikirkan adalah ayahnya semata. Sudah 2 minggu ia memperhatikan Ayah terduduk di depan rumah dengan wajah masam. 

Rumah sederhana dan atap kayu tempat mereka tinggal sehari-hari. Ayah duduk tak jauh dari pantai rumah kami berada. Secangkir kopi temani, kedua bola matanya suram, wajahnya seperti bunga layu terus menatap laut dengan pandangan kosong. Badai kencang membawanya jauh dari ladang mencari nafkah. Tampak terlihat ombak bergemuruh menampar batu karang dengan keras. Semilir angin tidak bersahabat terus menghempas tiada henti. Menjauhinya dari mata pencaharian sehari-hari.

Gadis itu mengerti sejak kepergian Ibu karena Tsunami sehingga dia bekerja paruh waktu sebagai tukang cuci piring di restoran. Pantai Lampuuk juga telah terobati kini dari Tsunami beberapa tahun lalu. Memiliki garis pantai dengan pasir putih sepanjang 5 KM, dengan ujungnya tebing karang pada salah satu sisi membuat pantai terlihat eksotis. Namun tubuh ibuku menghilang di laut tanpa kabar pasti di mana dia berakhir. Maka aku berusaha tidak tergantung kepadanya lagi. Bahkan juga sudah lama kami berdua tidak banyak bicara. Namun melihat Ayah dalam keadaan seperti itu semakin meresahkan hatinya.

https://pesonaalamaceh2000.wordpress.com
https://pesonaalamaceh2000.wordpress.com
                                                                                      

"Hei, Anggraeni!" Timpuk bola kertas kecil dari temannya, Bimo. "Ada apa sih?" Tanyanya kesal. "Waktunya pulang sekolah! Kamu mau nginap di sini?" Teriak cowok itu. Dan rambut keriting sambil menunjuk jam tangan. Anggraeni lekas membereskan buku sekolah ke dalam tas. Dengan langkah gontai dia berjalan keluar dari kelas. Siang hari Anggraeni menyusuri pantai tak jauh dari sekolahnya. Perjalanan dari rumah menuju sekolah memang tidak jauh cukup kenakan sepeda saja dan masih satu wilayah di Pantai Lampuuk. 

Kedua matanya memperhatikan kura-kura berjalan menuju laut. Namun tak jauh dari belakang tampak seorang lelaki kenakan kaos bertuliskan "Don't You Understand?" "Hei, kenapa kamu berlari ke sana? Bukan sekarang waktunya." Teriaknya sambil mengangkat kura-kura itu. "Hei, Albert! Kalau belum sehat jangan kembali ke laut dulu. Kamu butuh waktu pemulihan." Ucapnya riang. Dia mengangkat kura-kura tersebut dengan penuh kasih sayang. Namanya apa tadi? Tidak salah dengar, nih? Batinku berteriak. Namun tulisan di atas spanduk membuatnya terpaku selama beberapa menit.  

"Lho, kamu baru tahu tempat itu?" Ucap Kirana. "Jadi mereka sedang melakukan apa?" Tanya Anggraeni kepada Kirana. Jam istirahat telah tiba. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Dua mangkok bakso dan es jeruk menu makan siang mereka. "Ya, merawat kura-kura dong. Selain itu apa lagi?" Balas Kirana. "Namun aku melihat ada seorang lelaki yang ..." Kata Anggraeni terputus. "Terlalu ganteng?" Sahut Bimo berdiri dekat mereka. Sambil minum es tehnya. "Enak saja. Dia orangnya agak aneh gitu. Tubuhnya sedang dan kulitnya agak gelap. Kalian tahu tidak? Masak panggil kura-kura namanya Albert!" Anggraeni menjelaskan. "Oh, itu namanya Adam. Dia sepupuku. Dengar-dengar dia itu dokter hewan. Dan juga agak eksentrik oranganya." Ucap Bimo. Pandangannya menatap Anggraeni. Hahhh.... Kok bisa? Batin Anggraeni.

 "Jadi namamu Anggraeni? Tidak percaya kalau kami berdua adalah sepupu?" Senyum Adam dan Bimo berdiri di sampingnya. Anggraeni terdiam memperhatikan kedua orang di depannya. Tadi siang Bimo mengajak sahabatnya bertemu dengan sang sepupu setelah pulang sekolah. Rasa penasaran membawa kembali ke tempat ini. "Baiklah. Namaku Adam dan panggil kakak, ya. Kata Bimo kamu penasaran dengan kegiatan komunitas konservasi kura-kura?" Ucap pria dengan kacamata hitam ia kenakan. "Iya" Jawabnya pelan. "Kalau begitu baiklah. Memangnya kamu tahu apa tentang kura-kura?" Tanyanya balik. "Kura-kura itu salah satu makhluk laut bukan?" Jawab Anggraeni polos.

 "Bukan itu saja. Merawat kura-kura itu termasuk pelestarian lingkungan. Bahkan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Contohnya, Penyu yang memiliki jarak tempuh mencapai hingga ribuan mil laut ini berperan penting dalam menyebar nutrisi ke laut melalui kotorannya. Dapat menjadi pupuk atau pakan bagi tumbuhan dan hewan laut lain. Yang lebih penting lagi terutama kita lakukan selama ini dapat meningkatkan peluang ekowisata bagi masyarakat Pulau Lampuuk."  Bimo dan Anggraeni terdiam mendengarkan penjelasan super detail dari Kak Adam. Bahkan kepala Bimo mengangguk-angguk seperti Burung kutilang.

"Kalau kura-kura bernama Albert saat aku lewat. Ada apa yang terjadi dengannya?" Tanya Anggraeni penasaran. Kedua alis mata Kak Adam naik ke atas. Berusaha mengingat sesuatu. Oh, kura-kura itu. Dia terkena tumor dan sedang dalam masa pemulihan." Tangan kanannya mengelap kacamata dengan kaos. "Hahh... Apa mungkin kura-kura terkena penyakit tumor?" Bimo tidak percaya mendengarnya. dan Anggraeni kembali terdiam membisu. Berusaha memahami apa yang terjadi. Bahkan resah selimuti dadanya kini. Apakah benar ini jalan tepat untuk membantu Ayah? "Tentu saja bisa! Kenapa Tidak?" Eh, suaranya keras sekali. Membantah apa yang dikatakan Bimo. "Virus ini menyerang kura-kura nama tumornya fibropapillomatosis, suatu kondisi menyebabkan tumor eksternal tumbuh pada tubuh kura-kura. Tumor itu sebenarnya jinak namun kura-kura lebih rentan terhadap infeksi menghalangi penglihatan, gerakan dan kemampuan mengolah makan." Kak Adam menjelaskan.  "Karena apa hal itu bisa terjadi?" Bimo tanya lagi. "Polusi atau pencemaran lingkungan." Balas Kak Adam pendek. "Ah, ternyata begitu." Jawabku. Ketika kami berdua minta ijin pulang duluan ke rumah masing-masing. Kak Adam berteriak kencang, " Nanti malam mau datang tidak ke pantai? melihat kura-kura betina melahirkan?" Tanpa pikir panjang kami berdua berkata iya.

Anggraeni melihat kura-kura berjalan menuju pantai dari laut. Bersama Ayah dan Bimo. Mereka melihat siklus kehidupan secara langsung. Makhluk hidup laut ini bahkan sanggup berumur ratusan tahun. Tarian angin berhembus pelan kerudung abu-abunya. Setelah minta ijin Ayah  kemarin sore, temani Anggraeni ke pantai pada tengah malam. Meski Ayah agak keberatan namun pada akhirnya bersedia temani. Rasa penasaran terhadap kura-kura membuatnya ingin ketahui lebih banyak. Gadis itu memperhatikan lagi kura-kura dari samping. Tak jauh dari beberapa langkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun