Mohon tunggu...
Bibhu Kelabu
Bibhu Kelabu Mohon Tunggu... -

manusia biasa, yang ingin belajar kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Politik Jokowi

30 Mei 2014   00:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi adalah fenomena capres Indonesia yang diusung oleh PDI-P, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI. Adalah seorang gubernur Jakarta sederhana yang terpilih lewat seleksi demokrasi alam Jakarta. Dia berasal dari Solo, Jawa tengah. Kepribadianya yang santun dan melebur dengan rakyat menjadikan namnya muncul sebagai calon presiden setelah dua tahun membawa perubahan di DKI Jakarta.

Dengan kehadiran Jokowi dikancah perpolitikan Nasional, secara tiba-tiba muncul fenomena baru di  alam perpolitikan Nasional. Fenomena inilah yang menjadi efek perubahan di Indonesia.

Fenomena yang dibawa Jokowi bukan fenomena negatif, akan tetapi positif pengaruhnya. Ada sejumlah fenomena Jokowi yang perlahan merubah budaya politik kotor Indonesia.

Semenjak didaulat menjadi capres oleh PDI-P, Jokowi diserang oleh lawan politiknya. Dengan berbagai macam isu SARA, mulai dari keturunan Cina, wajah ndeso, tidak bisa wudlu, tidak bisa bahasa Inggris, sampe gelar "H" di depan namanya diartikan Heribertus oleh lawan politiknya. Dengan sikap santun dan sederhana, dia menjawab "Aku Rapopo".

Jawaban Jokowi yang tidak melawan dan mewanti-wanti relawanya untuk tidak membalas black campign menjadi bumerang bagi lawan politiknya. Dengan sekejap pihak lawanpun membantah perlakuan black campaign kepada Jokowi. Mereka balik mengajak kepada relawan mereka untuk meninggalkan black campaign.

Fenomena selanjutnya adalah kerjasama politik yang dibangun oleh partai pengusung Jokowi. Mereka menolak kata koalisi yang identik dengan bagi-bagi kursi. Jokowi pun memilih kata kerjasama tanpa ada transaksi bagi-bagi mentri.

lagi-lagi pengaruh Jokowi ini, merubah statmen lawan politiknya yang jelas mengatakan bagi-bagi krusi saat ditanya media. Mereka merubahnya menjadi bagi-bagi tugas, seperti kata Fadli Zon dalam acara talkshow di salah satu tv nasional "Kita tidak bagi-bagi kursi, kita bagi-bagi tugas. Indonesia ini besar, Indonesia ini luas nggak bisa hanya diurus satu partai. Kalo gerindra berkuasa dan Pak Prabowo-Hatta dipilih kita akan bagi peran."

Fenomena terbaru adalah pencopotan baliho kampanye pilpres 2014-2019 oleh pemprov DKI. Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta menginstruksikan kepada anak buahnya untuk mencopot semua baliho yang tidak tepat waktu dan tempat pemsanganya.

Kebetulan baliho milik Jokowi yang banyak dibersihkan. Sesuai dengan perda nomor 8 tahun 2007 tentang ketertiban umum. Jokowi menjalankan tugasnya sebagai Gubernur yang bijak tanpa mendiskriminasi capres partai lain.

Tentu ini adalah pengaruh positif yang diajarkan Jokowi kepada semua Kepala Daerah sebagai contoh yang baik. Masih banyak fenomena positif yang digiring Jokowi untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik, di antaranya revolusi mental, blusukan, lelang jabatan, dan kerjasama antar provinsi.

Semoga budaya politik santun ini akan tetap lestari dan membudaya di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun