Mohon tunggu...
Labdagati Apta Pandana
Labdagati Apta Pandana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tinggal di Surabaya, penyuka olahraga, penikmat musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lika-liku Vaksin Merah Putih

8 Juli 2022   21:00 Diperbarui: 8 Juli 2022   21:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti yang kita tahu, sebagian besar negara-negara di dunia, termasuk negara kita Indonesia, sedang berada dalam pandemi Covid-19 semenjak awal 2020 yang lalu. Namun, setiap negara memiliki tingkat dan cara penanganan mereka masing-masing. 

Ada yang kondisinya sangat buruk, seperti India yang bahkan kasus hariannya sempat mencapai 400.000 lebih, ada pula yang kasus hariannya cukup rendah, seperti di Brunei Darussalam yang telah lebih dari setahun (atau lebih tepatnya 437 hari) tidak melaporkan kasus baru Covid-19. 

Cara penanganannya pun bermacam-macam, ada yang penangannya lambat, seperti pada Indonesia yang pada awalnya bahkan Pak Menteri Kesehatannya sendiri terlihat sangat lamban dalam mengambil tindakan dan memilih untuk melontarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, namun ada pula negara yang langsung tanggap dan cukup berhasil

contohnya Singapura yang mana hingga tulisan ini dibuat 97,4% warganya telah mendapat vaksin dosis pertama dan 92,7% warganya telah mendapat vaksin hingga dosis kedua.

Meski begitu, saat ini, beberapa negara telah berhasil menangani pandemi dan perlahan mulai kembali ke kehidupan normal. Beberapa negara yang telah berhasil melepaskan diri dari pandemi ini di antaranya adalah Greenland (negara yang pertama lepas dari pandemi Covid-19), Cina, Selandia Baru, Amerika. 

Selain itu, terdapat pula negara yang kasus baru hariannya masih tinggi namun sudah memperbolehkan warganya untuk berkegiatan normal dan melepas masker, contohnya adalah Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya.

Berdasarkan negara-negara yang telah berhasil melalui pandemi Covid-19 ini, dapat ditarik kesimpulan beberapa hal yang menyebabkan mereka sukses untuk mengalahkan penyakit ini. 

Di antaranya adalah kebijakan pemerintah setempat yang sesuai dengan kondisi dan keadaan terkini wilayahnya, keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi warganya meskipun harus mengorbankan sektor atau bidang lain, dan tentu saja salah satu jalan untuk melawan virus yang sudah selama ini kita lakukan, yaitu vaksinasi. 

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai vaksinasi, salah satu bidang yang kita bisa ikut andil di dalamnya tanpa harus masuk ke dunia politik atau menduduki kursi kekuasaan.

Pada awal abad ke 20, virus polio sempat menyebar ke berbagai penjuru Eropa dan Amerika. Penyakit ini sayangnya memakan korban jiwa dan menjangkiti sejumlah orang yang tidak sedikit setiap tahunnya. Namun, ini semua terjadi hanya hingga Jonas Salk, seorang virologi dan peneliti di dunia medis, berhasil menemukan vaksin polio pertama di dunia. 

Tepatnya pada 12 April 1955, Jonas Salk mengumumkan bahwa vaksinnya aman dan manjur. Hal ini merupakan suatu berita gembira yang disambut baik seluruh dunia karena akhirnya dapat berjumpa dengan akhir dari penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan saraf, lumpuh, dan memakan ribuan korban jiwa setiap tahunnya. Selain itu, Jonas Salk juga memilih untuk tidak mematenkan vaksinnya karena menurutnya “akankah Anda mematenkan matahari?”.

Sebagaimana ketika dunia akhirnya dapat bertemu dengan vaksin polio, dunia pun ikut berbahagia ketika akhirnya dapat bertemu dengan vaksin Covid-19. 

Pada akhir 2020, berbagai perusahaan farmasi dan medis telah berhasil menemukan vaksin untuk Covid-19 namun hanya beberapa yang dapat berhasil lulus tes hingga dapat digunakan untuk khalayak ramai. Beberapa contoh vaksin yang telah lulus tes dan telah dapat digunakan diantaranya adalah Sinovac, Pfizer, Biopharm. Namun, dari hanya beberapa jenis vaksin ini, harus menyediakan untuk hampir semua negara. 

Tentu saja yang diutamakan oleh mereka (para produsen) adalah untuk negara asal mereka masing-masing. Oleh sebab itu, beberapa negara di Eropa, Amerika, dan negara-negara yang telah berhasil menemukan vaksin mereka sendiri adalah negara yang paling cepat dan paling maju dalam hal vaksinasi. 

Sedangkan, kebanyakan negara di Asia masih tertinggal dalam vaksinasi. Hal ini karena kebanyakan negara di Asia hanya mengandalkan vaksin-vaksin impor sehingga mereka harus menunggu datangnya kiriman dari negara produsen.

 Sebenarnya setiap negara dapat menanggulangi keterlambatannya vaksinasi dengan menemukan vaksin mereka sendiri-sendiri. Indonesia sendiri aslinya memiliki vaksin kita sendiri yang sedang dalam proses pengembangan, yaitu vaksin Merah Putih.

Vaksin Merah Putih sendiri adalah vaksin yang diteliti dan dikembangkan di Indonesia dan saat ini terdapat 7 lembaga yang sedang dalam proses pengembangan, di mana 5 diantaranya berada di bawah perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Padjajaran (Unpad), dan Institut Teknologi Bandung (ITB), 

sedangkan 2 lainnya ialah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Lempaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Untuk sat ini, perkembangan tercepat diraih oleh Unair dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Diharapkan keduanya dapat digunakan pada 2022. Untuk vaksin buatan Unair ditargetkan mendapat Emergency Use Authorization (EUA) pada Maret 2022. Sedangkan Eijkman ditargetkan akan mendapat EUA pada September 2022.

Berita ini tentu saja merupakan berita yang sangat menggembirakan karena dengan ini Indonesia akan dapat melakukan vaksinasi mandiri tanpa perlu melakukan impor dari negara-negara lain. Selain itu, proses vaksinasi juga akan menjadi lebih cepat dan kekebalan komunal akan segera tercapai.

Bagaimanapun, dukungan itu berbagai bentuknya, dapat berupa publikasi, pembiayaan, sumber daya, dan lain-lain. 

Untuk publikasi tentu belum bisa se-ekstensif vaksin yang telah teruji karena Vaksin Merah Putih yang paling cepat perkembangannya saja baru bisa digunakan di bulan Maret 2022. Untuk dari pembiayaan, pasti sudah banyak pendanaan dari berbagai sisi, baik pemerintah maupun donasi masyarakat umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun