Mohon tunggu...
Kyota Hamzah
Kyota Hamzah Mohon Tunggu... Freelancer - penikmat sejarah yang kebetulan menulis

Penulis puisi, cerita sejarah dan hal-hal menarik soal sejarah. Kadang menulis fenomena yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mari Menertawakan Diri Melalui Literasi

10 Oktober 2019   10:46 Diperbarui: 10 Oktober 2019   10:55 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nah bila calistung, kita membaca label film ini khusus dewasa namun setelahnya apa? Ya ini cuma label bahwa film itu tulisan "khusus dewasa" dan kita tak tahu maksud dari diberikannya label itu apa? Kita bisa baca namun tak ada kemauan untuk mengolah "karepe opo? (Maunya apa?)" Dari sebuah pesan yang tersurat.

Nah sedangkan literasi, kita membaca label film itu lalu memutuskan untuk menonton atau tidak? Apa ini cocok dilihat sendiri atau perlu mengajak kawan? Lalu apa yang bisa diambil dari film tersebut? Semua yang dilihat akan diolah dan direnungkan, kemudian diambilah kesimpulan dari apa yang diperolehnya.

Lalu, apakah calistung itu salah? Sebelumnya tidak juga, justru kita perlu mempelajarinya dahulu. Hanya saja kita perlu meningkatkan potensi lebihnya selain sekadar input data semata dengan baca tanpa tahu makna. Saya teringat pesan dari seorang penulis novel nasional bernama Bu Kirana Kejora tentang membaca, membaca bukan hanya soal buku semata tetapi segala sesuatu yang bisa diambil hikmahnya. Intinya adalah membaca keadaan dan mengambil apa yang menjadi pelajaran penting.

Jadi pada dasarnya, literasi itu adalah kemampuan dasar kita untuk bertahan hidup. Bertahan hidup? Memang perang apa? Terdengar aneh namun itulah realitanya. Literasi adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan mempelajari apa yang ada disekitar kita. Segala sesuatu yang kita ketahui dan pahami digunakan untuk menghasilkan karya maupun kriya sesuai budaya dan kebiasaan yang ada.

Kita semua tidak bodoh, namun malas itu pasti. Bahkan yang menulis ini pun pasti memiliki rasa malas. Hanya saja bagaimana kita memposisikan mana yang harus dilakukan dan salah satu cara membiasakannya adalah terus belajar, belajar itu salah satu upaya berliterasi dengan apa saja yang bisa kita pahami. Boleh dengan membaca, melihat, mendengar, maupun bermain berdasarkan apa yang ingin dipelajari.

Saya yakin sekarang sudah banyak yang bisa membaca tulisan, namun memahami tulisan itu yang perlu ditingkatkan lagi. Bila sekadar baca maka tak ubahnya burung be yang pandai berkicau tapi tak tahu apa yang dikicaukan. Jadi mari membaca sebenar-benarnya baca dengan memahami bukan manis di bibir semata.

Apa literasi jadi solusi semua ini?

Mungkin ini yang masih jadi tanda tanya besar. Mungkinkah melek literasi jadi jawaban dari ketidakjelasan ini? Jawabannya tergantung anda semua. Kemauan and jawaban yang menentukan jalan hidup kita dan anak turun kita. Melek literasi tanpa dibarengi kesadaran moral hanya jadi bahan gunjingan semata daripada pencerahan.

Oleh karena itu, perlu kiranya menyelaraskan pengetahuan, pengamalan, dan pertimbangan yang seimbang. Literasi adalah peranti dan aslinya fungsi peranti adalah mempermudah kehidupan kita. Peranti tidak bisa bekerja dengan baik bila kemampuan yang mumpuni.

Pengetahuan diwakili oleh melek literasi, kemudian diterapkan melalui pengamalan berupa akhlak yang baik sesuai keyakinan masing-masing. Bila keduanya bekerja dengan baik, maka perlu ditunjang dengan pertimbangan berupa moral dan budaya. Maka langkah menuju manusia yang bebas dari kebodohan semakin dekat.

Akan tetapi, sebagaimana yang kita ketahui itu susah. Susah bila kepentingan semu yang diusung elite tertentu tidak menghendaki masyarakat sekitar sadar akan itu. Ketidaktahuan orang lain adalah keuntungan bagi manusia lainnya. Kalau semua pandai lalu siapa yang mau dibodohi? Mungkin itu yang ada dibenak para oknum yang tak bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun