Mohon tunggu...
Dian Herdiana
Dian Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Kota Bandung

Mencari untuk lebih tahu

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dampak Covid-19 terhadap Sektor Pariwisata

8 Juli 2020   11:04 Diperbarui: 16 Juli 2020   23:44 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: JUMPA Universitas Udayana, 2020

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah memberikan dampak negatif terhadap banyak aspek kehidupan, salah satunya telah memberi dampak negatif kepada sektor pariwisata, khususnya di Kota Bandung. Setidaknya terdapat 5 (lima) aspek yang terdampak COVID-19 bagi sektor pariwisata, yaitu:

Pertama, aspek ekonomi yang mana berhentinya aktivitas pariwisata di Kota Bandung secara otomatis menghentikan pemasukan dari jasa pariwisata, hal ini tentu saja memberikan kerugian ekonomi bagi para pelaku usaha pariwisata yang selama ini mendapatkan penghasilan dari sektor pariwisata.

Kerugian ekonomi dari berhentinya aktivitas pariwisata berimplikasi kepada aspek lainnya dikarenakan meskipun tidak mendapatkan penerimaan dari jasa pariwisata tetapi aktivitas pengelolaan pariwisata tetap berjalan seperti pemeliharaan fasilitas pariwisata, pembayaan iuran air dan listrik, pengajihan karyawan baik yang masih bekerja maupun yang dirumahkan dan lain sebagainya. 

Kondisi tersebut membuat ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran bagi para pelaku usaha pariwisata, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi para pengusaha yang mengalami kerugian besar, memiliki beban untuk mengembalikan kegiatan pariwisata.

Kedua, aspek pendapatan pajak yang mana pariwisata di Kota Bandung tahun 2019 menyumbang sebesar 740 miliar atau setara dengan 33% dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung. 

Dengan terhentinya aktivitas pariwisata di Kota Bandung maka potensi kerugian akan sangat besar yang mana target penerimaan pajak dari sektor pariwisata akan jauh berkurang dibandingkan dengan tahun 2019 mengingat banyak ahli yang memprediksi bahwa penyebaran COVID-19 bisa berlangsung sepanjang tahun 2020 ini.

Hilangnya potensi pemasukan pajak dari sektor pariwisata akan berimplikasi secara langsung kepada pendapatan asli daerah Kota Bandung yang mana pendapatan daerah sangat dibutuhkan guna membiayai berbagai program pemulihan pembangunan pasca wabah COVID-19, termasuk didalamnya guna membiayai program pemulihan pariwisata.

Ketiga, aspek ketenagakerjan merupakan aspek yang terdampak wabah COVID-19 yang mana pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara otomatis menghentikan banyak pekerjaan di sektor pariwisata. Pelaku usaha merumahkan para pekerja dengan tetap menggaji sebagaimana ketentuan peraturan pemerintah, akan tetapi tidak sedikit dari para pekerja yang dirumahkan tersebut tidak mendapatkan kepastian akan dipekerjakan kembali pasca wabah COVID-19. 

Kondisi tidak adanya kegiatan usaha memiliki beragam respons bagi para pelaku pariwisata, bagi pelaku pariwisata yang memiliki modal besar dan menerapkan manajemen resiko bagi usaha pariwisata yang dikelolanya semaksimal mungkin akan mempertahankan para pekerja yang bekerja di usaha pariwisatanya, akan tetapi bagi jenis usaha yang memiliki modal terbatas serta tidak memiliki manajemen resiko bencana, maka pemutusan hubungan kerja bagi karyawan yang bekerja di usaha pariwisata terbuka peluang yang besar, mengingat dalam proses pemulihan pariwista ke depannya, prinsip efisiensi bidang tenaga kerja akan menjadi pertimbangan.

Keempat, brand image dalam pariwisata merupakan aspek yang penting dikarenakan adanya citra yang baik selain akan memunculkan kesan positif juga akan meningkatkan keinginan berkunjung dari para wisatawan. Brand image dilakukan oleh berbagai jenis usaha pariwisata yang salah satunya melalui berbagai promosi seperti adanya potongan harga, adanya peningkatan fasilitas yang dapat dinikmati wisatawan dan lain sebagainya. 

Dengan berhentinya aktivitas pariwisata dan tidak adanya promosi pariwisata maka akan menurunkan citra pariwisata di kalangan wisatawan, apabila hal ini terjadi maka memberikan peluang menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung ke berbagai jenis pariwisata setelah wabah COVID-19 berakhir. Kondisi tersebut pada akhirnya berakibat kepada pemasaran jenis pariwisata yang telah dilakukan menjadi minim respons yang baik dari para wisatawan.

Kelima, keberlanjutan usaha pariwisata menjadi aspek yang harus dipertanyakan ketika aktivitas pariwisata terhenti, apakah berbagai jenis pariwisata yang selama ini terselenggara akan tetap bertahan dan pulih pasca wabah COVID-19 atau sebaliknya ditutup dikarenakan tidak bisa melakukan proses pemulihan pasca COVID-19. 

Keberlanjutan penyelenggaraan pariwisata salah satunya tergantung dari modal yang dimiliki, apakah pelaku usaha memiliki modal yang cukup untuk melakukan pemulihan jasa pariwisata atau sebaliknya memiliki keterbatasan modal usaha sehingga harus menghentikan aktivitas pariwisata untuk selamanya.

Uraian mengenai kelima dampak dari wabah COVID-19 tersebut di atas dialami dengan tingkat berbeda antara satu jenis usaha pariwisata dengan usaha pariwisata lainnya, dimungkinkan bagi jenis usaha pariwisata tertentu menghadapi dampak yang kompleks dan tidak terbatas kepada lima dampak sebagaimana dijelaskan di atas, akan tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari adanya COVID-19 di Kota Bandung.

Sumber:
Disarikan dari artikel yang berjudul: "REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMULIHAN PARIWISATA PASCA WABAH CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DI KOTA BANDUNG", dalam Jurnal JUMPA Universitas Udayana Volume 7 Nomor 1 Tahn 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun