Mohon tunggu...
Dian Herdiana
Dian Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Kota Bandung

Mencari untuk lebih tahu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Euforia Menyambut "New Normal", Ketidakwajaran?

10 Juni 2020   00:04 Diperbarui: 9 Juni 2020   23:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: ayojakarta.com

Kasus infeksi COVID-19 di Indonesia saat ini (bulan Juni) sejatinya masih menunjukan bahwa Indonesia masih dalam kondisi pandemi, kasus harian secara nasional tercatat lebih dari 500 kasus baru infeksi COVID-19, bahkan hari ini memecahkan "rekor" sepanjang penanggulangan COVID-19 dengan jumlah kasus infeksi mencapai  1043 orang, hal ini jauh lebih banyak dibanding dengan pada awal bulan Maret yang mana kasus infeksi COVID-19 masih dibawah 500 kasus per hari (Sumber: Gugus Tugas COVID-19, 2020). 

Pada saat itu, di awal bulan maret ketika kasus pertama infeksi COVID-19, baik pemerintah maupun masyarakat gencar melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19, pemerintah secara "berapi-api" menyusun berbagai kebijakan untuk mencegah COVID-19 agar tidak menginfeksi banyak masyarakat. 

Sekolah ditutup diganti dengan "kelas online", perkantoran ditutup digantikan dengan "work from home", ibadah pun demikian digantikan dengan "ibadah di rumah aja". 

Di sisi masyarakat, masyarakat panik berburu berbagai alat proteksi diri, masker tetap dibeli sekalipun harganya mahal, ketersediaan hand-sanitizer yang habis di banyak toko disiasati oleh emak-emak dengan cara membuat hand-sanitizer "made from home", bahkan pusat perbelanjaan diserbu hingga beberapa pusat perbelanjaan kehabisan persediaan kebutuhan pokok karena masyarakat panik akan penyebaran COVID-19. 

Kesemua itu dilakukan hanya untuk menanggulangi COVID-19, padahal pada saat itu COVID-19 belum menyebar ke seluruh provinsi, banyak kota dan kabupaten yang masih "zero" kasus infeksi COVID-19, tetapi semangat memerangi COVID-19 sudah menggema ke seluruh penjuru nusantara.

Seiring dengan berjalannya waktu, ketika COVID-19 berhasil menginfeksi seluruh provinsi, pasca Lebaran, berbagai pihak mulai menyuarakan "new normal", seakan tak peduli dengan angka 33.000 orang sudah terinfeksi COVID-19 di Indonesia dan 1.900 orang lebih meninggal akibat COVID-19. 

Suara pemerintah lantang dan keras bahwa Indonesia harus bangkit, aktivitas perekonomian harus tetap berjalan, hidup berdampingan dengan COVID-19 namun tetap waspada. 

Hal inilah yang disambut oleh masyarakat, euforia akan "bebas" melakukan aktivitas seperti biasa sudah terbayang. Di sisi pemerintah bayangan rencana new normal sudah di canangkan, mulai dari pembukaan rumah ibadah sampai pembukaan tempat hiburan. 

Masyarakatpun sudah mulai berbondong-bondong keluar rumah, jalan-jalan yang dulu sepi di awal bulan Maret ketika COVID-19 masih ribuan, kini jalan-jalan sudah ramai bahkan macet ketika COVID-19 menunjukan puluhan ribu.

Menjadi pertanyaan kemudian, konsistenkah kita dalam menanggulangi COVID-19 ? Ketika saat ini "new normal" digaungkan sangat lantang, mengapa hal itu tidak dilakukan sedari awal ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun