Mohon tunggu...
Lensa Karana Media
Lensa Karana Media Mohon Tunggu... Penulis - Media komunikasi Pramuka Banyuwangi

Akun official Lensa Karana Media untuk semua informasi tentang Pramuka Banyuwangi dan Nasional serta informasi positif lainnya, info Update liputan kontak 085236662268

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Panjang Pembinaan dan Pengembangan Saka Wanabakti Ranting Banyuwangi

8 Desember 2018   07:10 Diperbarui: 8 Desember 2018   07:59 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Dokpri

BANYUWANGI - Bulan Desember merupakan Bulan Bakti Saka Wanabakti Kalpataru Tahun 2018, untuk itu lensa karana berkesempatan mewawancarai secara khusus Mohamad Arif Fajartono, Pamong Saka Wanabakti Tingkat Ranting Banyuwangi di Gedung Pramuka Banyuwangi, Jumat (7/12/2018).

Arif mengungkapkan evaluasi pembinaan dan pengembangan satuan karya (saka) wanabakti yang berpangkalan di Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara selama satu semester ini.

"Saka Wanabakti Tingkat Ranting Banyuwangi dibentuk sekitar bulan Juli yang lalu, pengurus dewan saka sudah ada, pamong saka putra ada dan yang putri juga sudah tersedia. Kami secara status hukum masih mengantongi surat keputusan Ketua Kwartir Ranting Banyuwangi tentang Pengesahan Struktur Majelis Pembimbing Saka Wanabakti Tingkat Ranting Banyuwangi," katanya.

Dia menambahkan, sampai saat ini masih menunggu terbitnya SK Ketua Kwarcab Banyuwangi tentang pengesahan Saka, SK tentang pengesahan pamong saka dan instruktur saka.

Sarana prasarana, imbuh Arif, masih belum memiliki peralatan tulis kantor seperti komputer dan printer, untuk sementara ini masih mandiri.

"Kemudian untuk tempat atau disebut sanggar bakti, kami juga belum punya. Idealnya satuan karya itu memiliki markas sebagai pusat kegiatan pangkalan," ujarnya.

Arif menjelaskan, pencapaian syarat kecakapan khusus (SKK) menjadi prioritas penyusunan program latihan saka.

"Berdasarkan ketentuan, sudah ada pembagian tugas, gugusdepan mengupayakan syarat kecakapan umum seperti bantara, laksana dan garuda dan syarat kecakapan khusus yang umum. Sedangkan di satuan karya mengajarkan keterampilan-keterampilan khusus sesuai bidang masing-masing dalam bentuk SKK," paparnya.

Dia memaparkan arti krida dalam Saka Wanabakti, krida diadopsi dari bahasa sansekerta yang artinya keterampilan, merupakan kelompok kerja yang dirinci dalam syarat kecakapan khusus. SKK telah diatur oleh Pimpinan Saka Wanabakti Tingkat Nasional dalam sebuah petunjuk penyelenggaraan berisi kurikulum pencapaian SKK.

"Krida itu hanyalah pengelompokan tim, sehingga tidak perlu ditempuh. Seharusnya, poin-poin SKKlah yang harus ditempuh. Kalau di gugusdepan dikenal istilah sangga pencoba, penegas dan lainnya, begitu pula dengan krida dalam Saka Wanabakti antara lain bina wana, guna wana, tata wana, dan reksa wana," rincinya.

Terkait masalah di lapangan, Arif mengaku menemui kendala nihilnya persediaan tanda kecakapan khusus (TKK) Saka Wanabakti di kedai perlengkapan pramuka.

"Saya berharap Pimpinan Saka Wanabakti Tingkat Daerah Jawa Timur dapat memfasilitasi pengadaan TKK tersebut, karena gambar TKK Saka Wanabakti itu gambarnya sangat detail, sehingga jika dibordir hasilnya kasar. Seharusnya TKK Saka Wanabakti itu dibordir woven yang hasilnya halus, itu adanya di Surabaya atau kota besar," paparnya.

Ditanya perbedaan persepsi perihal seragam pramuka saka dan seragam pramuka gugusdepan dibedakan, Arif menilai tidak perlu membeli dua seragam, cukup satu saja untuk semua.

"Seperti kita ketahui, syarat masuk saka itu minimal penegak bantara, maka tidak masuk akal kalau dipisahkan antara seragam gudep dan saka. Begini ya, untuk ikut even nasional saja disyaratkan memiliki minimal memiliki lima kecakapan khusus yang dari gugusdepan ditambah lima TKK satuan karya. Nah, kalau dipisah seragamnya, bagaimana cara pakainya," jelas Arif.

Dia juga menyampaikan kelemahan, belum terbentuknya Pimpinan Saka Wanabakti Tingkat Cabang Banyuwangi, akibatnya tidak ada yang mengelola koordinasi atau pertemuan pamong saka di tingkat cabang.

"Minimal dibuat pertemuan pertiga bulan sekali atau persatu semester yang diadakan Pinsaka Tingkat Cabang. Selain itu, Pinsaka Wanabakti Tingkat Cabang juga perlu bekerja sama dengan Pusdiklatcab untuk menyelenggarakan kursus pamong saka," ungkap Arif.

Saka Wanabakti Tingkat Ranting Banyuwangi memilih tidak menggunakan sistem pendidikan semi militer karena saka berperan memberikan keterampilan, bukan mencetak tentara. "Pramuka dan tentara itu seragamnya memang mirip, namun tugasnya berbeda. Tentara memang harus keras karena selalu siap sedia untuk bertempur dan melumpuhkan lawan, sedangkan satuan karya bertugas memberikan keterampilan hidup dalam bidang kehutanan," ujarnya.

Arif mengatakan, tradisi sebelum dilantik sebagai anggota saka wanabakti adalah terlebih dahulu menempuh kecakapan khusus kehutanan umum. Setelah dievaluasi dan dianggap layak maka yang bersangkutan bisa bergabung sebagai anggota saka wanabakti.

"Saya berharap, Saka Wanabakti yang memasuki usia tiga dasawarsa lebih ini semoga semakin matang, semakin giat membina generasi muda dalam bidang kehutanan," pungkasnya.

Penulis: Fery Bisma Pramudita
Editor: Rofiudin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun