Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bersama Angin Malam

13 Juli 2018   23:55 Diperbarui: 13 Juli 2018   23:59 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://kaltim.tribunnews.com

Angin malam masih saja mencubuiku, lewat sela jemari hingga kaki, menerobos pakaian malam tiga lapis, menampar keras pada kulit telingaku

Sungguh dingin hembusan angin malam ini, di jalanan pun laksana kota mati, tak berpenghuni, karena lelap saat bersembunyi

Angin malam goyahkan gigi, merintih dingin tiada henti, jalan merunduk tertatih, menerjang gelapnya malam nan sunyi

Angin malam terbangkan dedaunan mati, hingga kupu malam takut bersembunyi, kunang-kunang pun turut bersembunyi, seiring  desiran angin merasuk kulit ari

Ku coba bertanya kepada para ahli, atas fenomena akhir-akhir ini, namun geleng kepala yang terjadi, bahwa ini kuasa Sang Illahi

Ya sudah saja aku nikmati, walau terkadang perut seakan demontrasi, kembung laksanakan makan mie, sementara perut tak jua berkompromi

Biarlah malam ku nikmati sendiri, berdiam diri pada sudut sunyi, menanti kupu-kupu terbang menghampiri, menghibur malam hangatkan diri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun