Angin malam masih saja mencubuiku, lewat sela jemari hingga kaki, menerobos pakaian malam tiga lapis, menampar keras pada kulit telingaku
Sungguh dingin hembusan angin malam ini, di jalanan pun laksana kota mati, tak berpenghuni, karena lelap saat bersembunyi
Angin malam goyahkan gigi, merintih dingin tiada henti, jalan merunduk tertatih, menerjang gelapnya malam nan sunyi
Angin malam terbangkan dedaunan mati, hingga kupu malam takut bersembunyi, kunang-kunang pun turut bersembunyi, seiring  desiran angin merasuk kulit ari
Ku coba bertanya kepada para ahli, atas fenomena akhir-akhir ini, namun geleng kepala yang terjadi, bahwa ini kuasa Sang Illahi
Ya sudah saja aku nikmati, walau terkadang perut seakan demontrasi, kembung laksanakan makan mie, sementara perut tak jua berkompromi
Biarlah malam ku nikmati sendiri, berdiam diri pada sudut sunyi, menanti kupu-kupu terbang menghampiri, menghibur malam hangatkan diri