Dalam setiap tarikkan nafasku, selalu ku menyebut nama-Mu, hingga hariku tanpa malu, hatiku pun semakin merindu, merindukan-Nya di setiap waktu
Namun tarikanku, tak berhenti  karena waktu, dari pagi hingga malam lagi, dari malam hingga pagi lagi, berputar seiring rotasi bumi
Aneka masalah, menghias setiap waktuku, mengores luka hatiku, melukis deras air mataku, tanpa henti seiring waktu
Pernah kau datang, dengan derai air matamu, Â bersandar pada bahuku, padahal ku tahu tangisanmu, air mata buaya nan palsu
Bibir ranummu merekah, bersilat lidah nan indah, teduh bertutur sapa, padahal ku tahu, lidahmu bak ular berbisa
Pernah suatu ketika, kau datang dan puja-puja, tapi karena harta, padahal ku tahu, kau laksana semut berjumpa gula
Saat ku mencari, kau selalu menghindari, saat ku tak mencari, kau merindukanku, padahal aku tahu, kau laksana burung merpati
Kini ku tak berdaya, atas segala yang kau pinta, hartaku telah sirna, habislah dihisap kelelawar asmara, bergincukan cinta
Duhai kau nun di sana, tersirat apa di benaknya, kau hilang entah kemana, setelah hatiku dalam luka, merasa di setiap harinya
Ini hatiku hampa, hatiku bukan kebun raya, hatiku bukanlah kebun binatang di kota, seperti yang kau cipta, Â seperti yang kau suka