Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Hatiku Bukanlah Kebun Binatang

5 April 2018   23:28 Diperbarui: 6 April 2018   00:03 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto edit doc. Pribadi

Dalam setiap tarikkan nafasku, selalu ku menyebut nama-Mu, hingga hariku tanpa malu, hatiku pun semakin merindu, merindukan-Nya di setiap waktu

Namun tarikanku, tak berhenti  karena waktu, dari pagi hingga malam lagi, dari malam hingga pagi lagi, berputar seiring rotasi bumi

Aneka masalah, menghias setiap waktuku, mengores luka hatiku, melukis deras air mataku, tanpa henti seiring waktu

Pernah kau datang, dengan derai air matamu,   bersandar pada bahuku, padahal ku tahu tangisanmu, air mata buaya nan palsu

Bibir ranummu merekah, bersilat lidah nan indah, teduh bertutur sapa, padahal ku tahu, lidahmu bak ular berbisa

Pernah suatu ketika, kau datang dan puja-puja, tapi karena harta, padahal ku tahu, kau laksana semut berjumpa gula

Saat ku mencari, kau selalu menghindari, saat ku tak mencari, kau merindukanku, padahal aku tahu, kau laksana burung merpati

Kini ku tak berdaya, atas segala yang kau pinta, hartaku telah sirna, habislah dihisap kelelawar asmara, bergincukan cinta

Duhai kau nun di sana, tersirat apa di benaknya, kau hilang entah kemana, setelah hatiku dalam luka, merasa di setiap harinya

Ini hatiku hampa, hatiku bukan kebun raya, hatiku bukanlah kebun binatang di kota, seperti yang kau cipta,  seperti yang kau suka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun