"jangan kau tutup tirai itu, biarkan cahaya senja menerobos relung hatiku" suara parau dari lelaki dulu berpredikat pejantan tangguh
Sang Juwita terdiam, sesak rasa hati pada lelaki rentah, pautan usia dua dasawarsa, memaksanya beribu sabar
Rasa hati kian suram, bersama hari-hari menguji kesabaran, tak ada alasan tuk meninggalkan, balutan cinta terpatri dalam
Lelaki tua di depanya, yang dulu laksana arjuna, Â dengan selusin purna selirnya, kini tak berdaya, mengangkat kaki pun sulit di rasa, tak bertenaga namun jiwa berbalut arjuna, romantisme saat senja mendadak hadir di daun jendela bertirai asmara.
Tak tega sang Juwita berpaling muka, atas kondisi sang Arjuna desanya, di rawatnya dari fajar menyingsing hingga senja menghampirinya.
Tak peduli hujan badai menerpa, saat senja, tirai di jendela agar di buka leluasa, entah kenangan apa bermaksud demikian
Saat menanyakan tak pernah ada balasan memuaskan, bak fatamorgana, terjadi dan ada namun di dekati lenyap bersama teriknya surya
"kau takkan paham, maksud tirai di bukakan, biarlah aku dan rahasia alam yang merasakan" jawaban itulah yang selalu Juwita dapatkan saat menanyakan.
Sang Juwita mencoba memahami,.suasana hati sang pejantan tangguhnya, walau rasa bimbang di setiap senja datang.