Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Laksana Tong Kosong

14 Maret 2018   02:05 Diperbarui: 14 Maret 2018   02:20 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di pos ronda,  kepalaku masih saja bekerja,  bukan hanya jaga kenyamanan warga,  namun juga tangan menuntunku merangkai kata

Waktu melewati batas tengah malam,  merasuk dalam seperti malam,  mari kawan bersholat malam,  agar hidup makin tentram

Di pos ronda kawanku tertawa,  saksikan aku berkata cinta,  dia fikir aku sudah tua,  tak pantaslah bicara cinta

"hahahaha.. " Aku pun turut tertawa,  bagiku itu biasa,  di cerca, dihina saat bicara romantisnya cinta, apalagi di hadapanya

Mereka fikir aku seorang penyair,  berucap tanpa mikir,  namun bikin hati terjungkir,  hingga masam melihat bibir

Mereka fikir aku bak tong kosong,  di pukul nyaring, di buka kosong,  kepalanya pengap,  menguap bolong

Namun,. Biarlah mereka anggap aku tong kosong,  toh masih suka menolong,  tak peduli celananya bolong,  kantong kosong pun, aku tolong

Bagiku tak boleh bohong,  apalagi janji di siang bolong,  janji calon pejabat di dalam kolong,  padahal "tong...tong... tong...  Suara kaleng bolong rasa plong

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun