Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Rindu yang Tersisa

10 Desember 2017   07:44 Diperbarui: 10 Desember 2017   07:55 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa, di saat pagi minggu nan cerah ini, hati Jumadi kian bergelora, sesak hati menahan rasa rindu yang kian membara, lama tak jumpa dengan tambatan hatinya, berdampak sistemik pada kekebalan tubuhnya, bermurung durja, makanan pun enggan tuk disentuhnya, mungkn ada yang berat di rasa, hingga pagi dengan indahnya mentari menari sekalipun, tak dapat mengisi relung hatinya yang kian membara.

Sosok Silviani, gadis pujaan pagi, siang dan malam, yang telah di ukir indah namanya dari hari ke hari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan di hati Jumadi, mendadak seolah lenyap di telan bumi, tanpa kabar maupun berita apalagi bertemu muka. Sudah seminggu tak berjumpa membuat hati Jumadi serasa menderita, bagaimana tidak, apapun urusannya, bagaimana pun persoalan hidupnya, selalu terbuka dan dengar pendapat dengan Jumadi, namun kini, lenyap dimana rimbanya.

Tumpukkan batu di bawah patung Bima, yang setiap pagi minggu di jadikkan area olahraga, kini tak ada lagi yang menempatinya, hampa tanpa Silvi yang mendudukinya, hingga tukang cilok langganannya selalu bertanya, " Tidak dengan Neng Silvi ?, pertanyaan yang sulit tuk dijawab, karena memang, Jumadi tak tahu keberadaan Silvi sekarang.

Diantara rasa rindu yang tersisa, terseok saat melangkah, ditegarkan hatinya untuk berburu berita atas gadis pujaannya, satu per satu rekan-rekanya ditanyakan hingga tetangga dekat pun di koreknya saat mengetuk pintu rumahnya lama tak terbukakan.

" Mas, nyari Silvi yaa ?, Silvi sudah seminggu ke Bandung dampingi ibu nya operasi di Rumah Sakit  "

Mendengar penuturan tetangganya, hati Jumadi semakin menyesal dan serasa teriris-iris, bagaimana tidak menyesalnya, di saat hatinya mendeklarasikan " Rindu yang tersisa pada Silvi " , ternyata ada bencana di balik semua itu. Keterbukaan yang biasa di sampaikan kini terputus, mungkin gawainya di sumbangkan pada ibunya tuk berobat, hingga sulit tuk di hubunginya.

Rasa iba dan penyesalan Jumadi kian menjadi, untuk menghibur hatinya dan menebus segala rasa, Jumadi pun hendak menyusulnya ke Bandung, tentunya dengan membawa perbekalan yang cukup hingga bisa berbuat lebih indah pada Silviani dan ibunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun