Di sekeling alun-alun kota telah didirikan bangunan untuk pasar yang menjual aneka produk keperluan local dan aneka souvenir untuk wisatawan. Anda dapat membeli barang di sini dengan harga relatif murah, apalagi anda bisa menawarnya. Pasti senyum sumringah selalu tersungging di wajah saat anda menenteng barang belanjaan anda.
Di sekeliling alun alun kota ini pun banyak tersedia restaurant, dari yang kaki lima,warung penduduk local, Café sekelas di Eropa atau restaurant bergaya istana khas kota tua Marrakech, semua ada. Tinggal anda suka yang mana dan tergantung isi kocek anda.
Alhamdulillah, makan siang group kami hari ini di restaurant bergaya istana para sultan di kota tua Marrakech. Letaknya di ujung jalan pintu utama, dari bagian awal alun-alun kota belok kesebelah kiri, masuk ke dalam sedikit. “Palais Chachraman Restaurant”
Restaurant Bergaya rumah Sultan Marrocco yang memiliki ruang makan yang luas, dengan dinding yang dihiasi kramik bermotif warna-warni khas Marocco. Lantainya hampir semua dilapisi karpet tebal berwana merah dengan motif yang cantik. Gordign di dindingnya berwarna cream senada dengan keramik didinding.
Dibeberapa bagian dinding dihiasi ornament gypsum yang di design indah dengan warna coklat muda dengan kombinasi warna coklat tua dan putih susu. Menjadi hiasan dinding yang sangat indah dipandang.
Pelayanannya berpakaian khas Marocco. Menyajikan minuman selamat datangnya dengan cara yang unik. Di sebuah ruang terbuka yang mudah dilihat semua tamu yang sedang makan, Tiga orang musisi dengan pakaian tradisionil khas Marrakech mememgang alat music tradisionilnya sambil memainkan lagu. Lagu asli kota tua Marrakech.
Menu makan siang kami hari ini adalah makan khas Marrocco. Setelah minuman pembuka diberikan, kami disajikan roti dengan “Harira” sop yang terbuat dari tomat, buncis, lantil, dan beberapa campuran lain yang dimasak dengan rempah membentuk sup, yang disajikan hangat dan dimakan dengan mencampur roti.
Menu utamanya “Tagine” masakan seperti semur khas Marocco yang pembuatannya menggunakan pot tanah liat yang banyak kita jumpai di pasar-pasar di Marocco. Ditambah “Rfissa” ayam rebus yang dicampur dengan lantil. Yang terakhir, “Mechoui lamb” daging domba panggang khas Marocco. Yang rasanya Mantul (mantab betul) Menu utama disajikan bersama “kuskus” bentuknya seperti jagung halus yang di kukus,namun sebenarnya terbuat dari semolina dan tepung terigu.
Penutupnya “B’stilla”, sejenis Pie yang berisi daging burung dan “Chebakia” kue terigu yang digoreng dengan bentuk mawar yang dioleskan madu dan wijen Plus kopi atau the hangat yang nikmat.