Larut dalam makna ayat-ayat surat Al Mulk yang dibacakan Imam Syekh Ali Al Habbsy, tak terasa semua jamaah menikmati 30 ayat surat Al Mulk yang dibaca dalam dua rakaat sholat subuh, seakan sholat subuh baru saja dimulai. Inilah nikmatnya sholat dengan bacaan Imam yang baik, indah dan tartil. Seakan meresap dalam sanubari, walaupun untuk orang yang belum mengerti bahasa arab sekalipun. Inilah salah satu muzijat Al Quran Nur Karim.
Salam pun diucapkan mengakhir sholat Subuh, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” Salam dan doa untuk sesama muslim agar selamat, sejahterah dan mendapat rahmat Allah Azza wa Jalla. Lalu sang Imam pun berbalik, menghadap jamaah sambil terus berzikir.
Beberapa jamaah mendekat dan mencium tangannya, mencoba mengharap berkah dari kemulian seorang Imam Masjid Al Aqsha. Dilanjutkan orang berikutnya. Sementara beberapa orang dalam rombongan kecil dari Pakistan mendekat. Mencoba sekedar berjabat tangan dengan Imam, agar berkah kehidupan selalu dalam genggaman.
Kubiarkan semua orang mendahului menemui sang Imam, sambil memberi isyarat jamaah lain berkumpul mendekat. Diantara kesibukannya menyabut hangat salam jamaah lain, sang imam sempat melihatku. Tersenyum hangat sebagai sahabat.
Kini giliran kami, “Assalamualaikum ya Brother” sapuku mendekat. Tangan sang imam membuka lebar. “Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Ya my Brother from Indonesia” Kami pun berpelukan erat. Tubuhnya yang tinggi tak mampu kujangkau semua. Namun tetap kurasakan hangatnya cinta persaudaraan diantara kita.
Bertegur sapa melepas rindu karena lama tak bertemu. Kuperkenalkan semua jamaah satu per satu. Merekapun saling bertegur sapa dan bercengkrama seadanya. Masih banyaknya jamaah yang mengantri ingin bertemu Syek Ali Al Habbsy, memaksa ku untuk tahu diri. Memberi kesempatan jamaah lain untuk bersilaturahmi. Sang imam berjanji menemui kami kembali setelah usai semua ini.
Kemudian diri ini mengajak jamaah melihat keliling dalam Masjid Al Aqsha. Menjelaskan beberapa history penting yang pernah terjadi di sini. Melihat lebih dekat replika Mimbar yang dibawa Salahuddin Al-Ayubbi; menyaksikan sisa-sisa bukti tragedy kebakaran dan penyerangan jamaah oleh sang penguasa; dan beberapa bagian penting bangunan Masjid yang banyak menyimpan sejarah.
Banyak jamaah yang mendengar penjelasan history ini namun tak sedikit yang hanya sibuk sendiri. Sibuk mencari posisi untuk foto selfi. Dimaklumi. Karena mereka hadir di Masjid ini hanya beberapa kali dalam program ziarah kali ini. Belum tentu datang ziarah lagi untuk yang kedua kali. “Wallahualam bissawab – hanya Allah yang lebih mengetahui”
Akhirnya wajah-wajah dengan senyum sumringah berpose bersama. Foto group untuk kenangan tak terlupa. Di dalam Masjid Al Aqsha al Masquf yang penuh berkah. Masjid ketiga termulia, setelah Al Haram di Makkah dan Maddinah.
