Ada yang berdiri tegak, ada yang bersandar dinding, bahkan ada yang berdiri acuh tah acuh. Di tengah dingin angin dini hari. Bagi mereka ini bagaikan sebuah tragedy. Menjadi tidak berarti di rumah miliknya sendiri.
Tak ada pilihan, kami pun harus antri. Bergabung dengan belasan orang yang terpaksa sabar menanti. Kehadiran jumlah kami menarik perhatian polisi. Beberapa diantaranya mulai mengamati. Beberapa berbisik sekan mencari tahu siapa kami. Walau semua dilakukan mereka seakan tanpa reaksi.
Detik jarum jam terus berdetak. Jarum panjang bergerak. Lambat seakan nenek tua yang malas bergerak. Menanti adalah hal yang membosankan. Bahkan bisa menjenuhkan. Apalagi menanti dibawah tekanan tanpa bisa melakukan tindakan. Namun semua harus kami telan. Â Inilah keadaan. Keadaan saat negeri seakan bukan milik tuan. Menyedihkan!!!
iba-tiba terdengar sekan kunci gerbang terbuka. Kami pun sigap berkumpul antri dalam urutan. Gerbang besar hijau itu tak terbuka semua. Hanya pintu kecil bagian gerbang yang menganga, yang membuka peluang kita masuk darinya.
Dua orang polisi berdiri mengambil posisi. Yang lain duduk mengamati. Mengamati mereka yang lalu tepat di depan pos jaganya. Rombongan penduduk lewat tanpa hambatan berarti. Bergegas masuk sekan setengah berlari, mengejar waktu Tahajud yang nyaris pergi.
Kini giliran rombongan kami. Berjarak satu mata tombak, seorang polisi menahan langkah kami. "Where do you from?"Â
Sebagai pemimpin rombongan yang sering mengalami kondisi ini, saya mencoba mejelaskan sekaligus eksistensi kami, " We are from Indonesai; All Muslim; Came as a group; Total 22 Persons and we are going to pray in Masjidil Aqsha".
Wajah tegang tanpa ekspresi itu menantap wajah dan mulai mengitung jumlah. Tak lama tangan yang seakan menahan langkah, melemah, melepas langkah group kami memasuki pintu gerbang Masjid Al Asha. Semua wajah pun tersenyum sumringah.
Seorang tua Arab warga Palestina yang seakan menjadi bagian yang ditempatkan sebagai penjaga gerbang menyapa group kami dengan senyum ramahnya, "Assalamualaikum Indonesia". Serentak kamipun menjawab, "Waalaikumussalam wr wb". Kami pun bergegas masuk ke dalam komplek Masjidil Aqsha yang sudah kami rindukan ini. Masya Allah. Tabarakallah.
(Berlanjut ke bagian kedua)