Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Menaklukkan" Gunung Tursina (Mount Sinai) di Usia Senja (Bagian Ketiga-Selesai)

24 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2021   12:04 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orchestra Keindahan Alam Luar Biasa di Puncak Gunung Tursina (Dok. Pribadi)

“Menaklukkan” Gunung Tursina-Mount Sinai di Usia Senja

(Bagian Ketiga-Selesai)

Angin dingin Pegunungan  Tursina masih membelai sejuk.  Mentari pagi masih tampak malu-malu menampakkan wajahnya.  Mungkin sungkan pada mereka yang berusia senja yang  berada disana.  Apakah dengan senyum sumringahnya atau dengan canda ceria bahagia mereka.  Entahlah!

Pemimpin rombongan membiarkan mereka larut dalam “Euforia” kemenangan.  Mereka tersenyum selepasnya. Tanda bahagia tak terkira. Tak menyangka diusianya, bisa berada 2.285 M Dpl jauh di atas puncak sana.  Tak bisa dibayangkan apa kata anak dan cucu-cucu mereka. “Eyang atau Oma ku memang luar biasa”

Kecerian mereka terus berjalan seiring waktu.  Hari mulai menghangat.  Sudah sepatutnya karena sekarang sudah pukul 07.44.  Pemimpin rombongan yang bijak itu menambah waktu 10 menit lagi agar keceriaan itu tak cepat berlalu. Walau hatinya risau tak menentu, karena ia tahu pasti bahwa mereka yang jauh di bawah sana, sudah gelisah nenunggu.

Biasanya beberapa rombongan yang dipimpinnya akan tiba di atas puncak Gunung Tursina pada pukul 05.10. Paling lambat 05.30, ini yang selambat-lambatnya. Dan sudah akan berada di bawah kembali pada pukul 08.30. Untuk Kali ini? Pengecualian luar biasa. Semua jauh dari estimasi waktu.

Sepuluh menit berlalu dan rombongan siap untuk mengakhiri misi. Beberapa diantara mereka masih enggan melangkah bahkah ada yang masih sibuk memilih, batu cendramata khas Gunung Tursina.  Ya…namanya wanita.  Itu sudah menjadi bagian kodratnya.

Perjalanan turun bukanlah hal yang mudah.  Bahkan dibilang jauh lebih berat dari naiknya. Beban tubuh menjadi tertumpu pada lutut mereka yang sudah berusia senja. Dimana elastisitas dan kekuatannya sangat lemah dan berisiko luar biasa bila salah melangkah.

Memastikan mereka bergerak bersama adalah tujuan yang direncanakan pemimpin rombongan. Dipesan pada setiap peserta agar memegang erat tangan pendampingnya. Ini akan memberi energy ganda agar jalan turun terasa rata.  Artinya, “dengkul tua” itu tidak terforsir karena beban berat yang diterimanya. Yang tidak memiliki pendamping Badui atau anggota group lainnya, disarankan memanfaatkan tongkat sebagai pijakan tambahan agar mengurangi berat tubuhnya.

Jam ditangan pemimpim rombongan sudah menunjuk angka 08.10. Ada kurang lebih 20 menit berlalu hanya untuk menunggu para Ibu yang masih asyik memilih sesuatu yang unik. Aneka Batu Gunung Tursina.  Biarlah! Toh… mereka tak akan pernah lagi singgah disana. Itu namanya Bijak walau tidak enak.  Mana ada yang enak,  yang namanya menunggu! 

Kecuali menunggu kekasih untuk janji di malam minggu.  Kalau ini sih…tak peduli berapa lama waktu berlalu. Waktu sewindu hanya rasa seminggu. Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Woy….sudah!!! Jangan lari terlalu jauh kesana. (Sorry ya…ingat masa muda, walau sekarang juga belum tua).   Ok…sampai dimana tadi ya ???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun